I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tingginya angka kesakitan dan gangguan gizi yang diderita oleh bayi dan anak balita di Indonesia pada saat ini mempengaruhi kualitas remaja, calon ibu dan bapak serta sumber daya tenaga kerja 10–20 tahun mendatang. Oleh karena itu apabila kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak tidak diberikan prioritas dan perhatian khusus maka kondisi bangsa dan Negara Indonesia tahun 2015–2020 akan semakin terpuruk lagi karena buruknya kualitas SDM (Depkes RI, 2008).
Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai ketentuan yang terkait dengan pemenuhan hak anak dan kebutuhan dasar anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal dalam bentuk Undang Undang dan Peraturan Pemerintah, pelaksanaannya sampai sekarang masih belum optimal. Oleh karena itu, Menkes mengajak seluruh peserta seminar terutama dari jajaran kesehatan untuk bersama-sama dengan keluarga, masyarakat dan media masa mendukung peningkatan penggunaan ASI serta upaya pembinaan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak di Indonesia.
Salah satu tujuan dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah memberikan kebaikan pada bayi untuk perkembangan otaknya. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif memiliki banyak keunggulan, manfaat, dan pengaruh-pengaruh positif baik bagi ibu, bayi, keluarga dan masyarakat. Untuk itu, ibu memiliki pengaruh yang sangat besar terdapat pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan: saya harus menyusui bayi saya karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Sayang sekali keyakinan ini, khususnya di kota-kota besar, kelihatannya sudah mulai luntur. Di Indonesia, terutama kota-kota terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Penurunan pemberian atau penggunaan air susu ibu di negara berkembang atau pedesaan terjadi karena adanya kecendrungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggapnya modern yang datang dari Negara yang terhitung maju atau dari negara besar (Soetjiningsih, 1997).
Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui dan pemberian ASI Eksklusif justru kadang terlupakan. Di zaman sekarang ini para wanita justru beralih ke susu formula yang dianggap lebih menguntungkan dan bermanfaat. Hal ini dikarenakan banyaknya iklan atau promosi yang beredar tentang susu formula kapanpun dan dimana pun (Roesli, 2000).
Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak. Apabila dikaitkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, saat ini praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan. Menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8 % pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 4 bulan sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002. (Depkes RI, 2003).
Cakupan ibu nifas di Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2008 berjumlah 43.778 orang. Cakupan ASI Eksklusif di Propinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2008 dimana sasaran bayi berjumlah 33.737 orang sedangkan jumlah bayi yang ASI Eksklusif berjumlah 17.122 orang (50,75%). Sehingga nampak sangat banyaknya perbedaan antara sasaran jumlah bayi dengan jumlah bayi yang ASI Eksklusif (Dinas Kesehatan Prop. Sulteng, 2008).
Cakupan ASI Eksklusif di wilayah Kota Palu pada tahun 2008 dimana sasaran bayi berjumlah 5.881 orang dengan jumlah cakupan bayi yang ASI Eksklusif yaitu berjumlah 3.245 orang (55,18%). Dari data ini juga ditemukan adanya perbedaan yang cukup banyak antara sasaran jumlah bayi dengan jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2008).
Puskesmas Kawatuna adalah salah satu tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Adapun hasil pencapaian PWS KIA tahun 2008 yaitu : sasaran bumil 380 orang, sasaran bulin 366 orang, dan sasaran bayi 352 orang. Cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2008 di Puskesmas Kawatuna dimana sasaran bayi berjumlah 162 orang sedangkan jumlah bayi yang ASI Eksklusif berjumlah 71 orang (43,83%). Data yang dilaporkan Puskesmas Kawatuna diaman bayi yang berumur 0-11 bulan berjumlah 272 orang, bayi yang berumur 0-6 bulan berjumlah 162 orang sedangkan yang mendapat ASI Eksklusif sampai 6 bulan berjumlah 71 orang (43,83%) (Puskesmas Kawatuna Palu, 2008).
Sejauh ini masih banyak ibu-ibu yang ada diwilayah kerja Puskesmas Kawatuna belum memberikan ASI Eksklusif meskipun sudah sejak lama pemerintah telah menggalakan untuk memberikan ASI Eksklusif, sehingga sampai saat ini pemberian ASI Eksklusif meskipun pelaksanaannya tidak sulit untuk dilakukan tetapi masih saja belum diterapkan (Puskesmas Kawatuna Palu, 2008).
Sampai saat ini, didapatkan data bahwa Puskesmas Kawatuna Palu belum pernah dilakukan peninjauan atau evaluasi tentang penggunaan atau pemberian ASI Eksklusif. Sehubungan dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna Palu.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan Umum
Untuk membuktikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna Palu.
Tujuan Khusus
1. Untuk membuktikan pengaruh penerangan terhadap pemberian ASI Eksklusif.
2. Untuk membuktikan pengaruh promosi susu formula terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3. Untuk membuktikan pengaruh pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Kegunaan
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber bacaan bagi tenaga kesehatan dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian Asi Eksklusif. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi, tolak ukur dan gambaran bagi tempat penelitian, institusi, tenaga kesehatan bagi peneliti dan peneliti lain sebagai upayah untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian Asi Eksklusif dan menambah pengetahuan, pemahaman, pengalaman atau wawasan terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ibu dalam pemberian Asi Eksklusif serta pengaruh tersebut sangat penting untuk diketahui.
Kerangka Pemikiran
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2006).
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Dari uraian di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pernyataan “Faktor-faktor apa yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna Palu.”
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Dengan kata lain hipotesisi adalah kesimpulan teoritis yang masih harus diuji kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris (Sudarwan, 2003).
Dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis berikut :
1. Ada pengaruh antara kurangnya informasi dengan pemberian ASI Eksklusif.
2. Ada pengaruh antara meningkatnya promosi susu formula dengan pemberian ASI Eksklusif.
3. Ada pengaruh antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar