Penilaian adalah sebuah proses yang terus-menerus.
Ini bukan sekedar member ujian atau menentukan grade. Ini adalah sesuatu yang harus dilakukan guru untuk
menentukan apakah muridnya sudah belajar dengan baik atau belum. Penilaian bias
berupa member pertanyaan kepada murid, memonitor murid sambil berkeliling kelas
saat pelajaran berlangsung, dan memerhatikan muka mired yang kebingungan atau
senyum murid yang memahami pelajaran. Tanpa penilaian yang terus-menerus, guru
tidak akan pernah tahu apakah pengajarannya efektif atau tidak atau apakah
perlu modifikasi atau tidak. Jika dilakukan dengan efektif, penilaian akan
membuat guru punya informasi yang berharga untuk memberikan pengalaman belajar
yang optimal bagi murid.
Saat Anda member ujian, setiap soal pada tes harus
berhubungan dengan sasaran pengajaran. Ini akan membantu guru menghundari
pertanyaan “tebak-tebakan” pertanyaan yang mungkin sepele atau tidak penting.
Jika waktu pelajaran tidak memadai, sebaikanya ujian jangan terlalu sulit bagi
murid. Berhati-hatilah dalam menulis soal agar
sesuai dengan level murid. Soal tes harus menguji pemahaman murid terhadap isi
pelajaran, bukan keahlian membaca mereka (kecuali, tentu saja, yang diuji
adalah keahlian membacanya). Saya ingat saya menjadi murid saya mengikuti tes
analogi yang dimaksudkan untuk menilai kemampuan saya untuk mengidentifikasi
hubungan antar konsep. Akan tetapi, kosakatanya sulit sekali sehingga saya
tidak bias mengerjakan beberapa soal karena kosakatanya sulit untuk level saya.
Ujiannya adalah pertanyaan essai, tulislah contoh
jawaban sebelum pemberian soal. Apakah Anda akan member soal tanpa petunjuk apa
pun pada soal pilihan ganda yang akan Anda berikan kepada murid Anda? Tentu
tidak! Apalagi soal essai tulis dengan baik dan beri petunjuk contoh jawaban, maka
nilai murid akan merefleksikan secara akurat level pemahaman murid terhadap
materi tersebut.
PEMBAHASAN
A.
KELAS
SEBAGAI KONTEKS PENILAIAN
Saat Anda berfikir tentang penilaian,
apa yang masuk ke benak Anda? Mungkin tes atau ujian. Akan tetapi, saat kita
membahas kelas sabagai konteks penilaian, Anda akan menemukan bahwa strategi
penilaian kontenporer ternyata bukan sekedar tes atau ujian.
1.
Penilaian sebagai Bagian Integral dari
Pengajaran
Guru
lebih menghabiskan lebih banyak waktu dalam penilaian ketimbang yang Anda
banyangkan. Dalam satu analisis, mereka menghabiskan 20 sampai 30 persen waktu
professional mereka untuk menghadapi persoalan penilaian (Stiggins, 2001). Penilaian bukan hanya pencatatan apa
yang diketahui dan dapat dilakukan murid, tetapi juga memengaruhi pembelajaran
dan motivasi mereka. Ide ini merepresentasikan perubahan cara pandang terhadap
penilaian, yakni dari konsep bahwa penilaian adalah hasil tersendiri yang
diperoleh setelah instruksi selesai, menuju ke konsep integrasi penilaian
dengan instruksi atau pengajaran.
Pandanglah
integrasi instruksi darai penilaian dari segitiga kerangka: pra-instruksi,
selama instruksi, pasca instruksi. Standart
fot Teacher Competence in Educational Assessment, yang dikembangkan
bersama-sama pada awal 1990-an oleh American
Federation of Teacher, National Council on Measurement in Education, National
Education Assosiation, mendeskripsikan tanggungjawab guru atas penilain murid
dalam tiga kerangka di bawah ini:
PRA
INSTRUKSI
|
SELAMA
INSTRUKSI
|
PASCA
INSTRUKSI
|
Apakah
murid saya memeiliki pra syarat pengetahuan dan keahlian untuk sukses?
|
Apakah
murid saya memperhatikan saya?
|
Berapa
banyak materi yang telah dipelajari murid saya?
|
Apakah
yang akan menarik bagi murid saya?
|
Apakah
murid saya memahami materi pelajaran?
|
Apakah
yang harus saya lakukan selanjutnya?
|
Apa
yang akan memotivasi murid saya?
|
Kepada
murid mana pertanyaan harus saya ajukan?
|
Apakah
saya perlu mengulas hal-hal yang tidak dipahami kelas saya?
|
Berapa
lama saya harus mengajarkan masing-masing unit materi?
|
Apa
tipe pertanyaan yang harus aya ajukan?
|
Berapa
grade yang mesti saya beri?
|
Apa
strategi pengajaran yang mesti saya gunakan?
|
Bagaimana
saya harus menjawab pertanyaan murid?
|
Apa
yang harus saya beritahukan kepada murid?
|
Bagaimana
saya harus menilai murid?
|
Kapan
saya harus berhenti menyampaikan pelajaran?
|
Bagaimana
saya bias mengubah pegajaran nanti?
|
Apa
tipe pembelajaran kelompok yang harus saya gunakan?
|
Siapa
murid yang butuh bantuan tambahan?
|
Apakah
nilai tes benar-benar memfeksikan pengetahuan dan kempuan murid?
|
Apa
sasaran atau tujuan pembelajaran saya?
|
Murid
mana yang mesti dibiarkan sendiri?
|
Apakah
yang ada salah dipahami oleh murid?
|
a.
Penilaian
Pra-instruksi
Bayangkan
Anda ingin mengetahui seberapa baikkah murid Anda dalam memecahkan problem
matematika level tertentu sebelum Anda mulai memberikan pengajaran formal pada
level lebih lanjut. Anda bias melihat pada nilai murid pada kelas sebelumnya
pada tes matematika standar, dan juga Anda bias mengamati murid Anda selama
beberapa hari untuk melihat seberapa baik mereka dalam memahami matematika. Jika hasil penilaian pra instruksi
sangat baik, maka Anda bias menaikkan level instruksi Anda. Tanpa penilaian
prainstruksi ini, Anda akan beresiko memiliki kelas yang kebingungan (jika
pengajaran Anda terlalu tinggi levelnya) atau membosankan (jika pegajaran Anda
terlalau rendah levelnya).
Dalam
penilaian pra-instruksional, jangan membuat ekspektasi yang akan mendistorsi
persepsi Anda tentang murid. Adalah mustahil untuk tidak berharap pada murid.
Karena ekspektasi guru bias memengaruhi pembelajaran murid, beberapa guru
bahkan tidak mau menengok pada nilai murid atau nilai tes standar sebelumnya.
Entah itu Anda memeriksa informasi atau tidak, buatlah ekspektasi (impian,
harpan, angan-angan yang ada dalam kepala kita yang sumbernya juga dari
perasaan) yang realitas. Apabila anda khilaf, kekeliruan itu mungkin karena
anda terlalu memberikan ekspektasi yang berlebihan.
Cara
yang bagus adalah memperlakukan kesalahann awal anda sebagai sebuah hipotesis
yang akan dikonfirmasi atau dimodifikasi oleh observasi dan informasi
selanjutnya. Beberapa observasi awal anda mungkin akurat, dan observasi lainnya
mungkin perlu direvisi saat anda berusaha memahami murid anda, jangan percaya
pada kabar burung, jangan membuat penilaian hanya berdasarkan satu atau dua
observasi saja, dan jangan memberi label pada murid ( Airrasian, 2001).
Beberapa
guru juga melakukan pra tes diagnostic dalam mata pelajaran tertentu untuk
mengetahui level pengetahuan dan keahlian murid. Dan banyak sekolah yang
mengumpulkan sampel hasil karya murid dalam fortopolio, yang dapat dibawa dari grade ke grade. Fortopolio ini memberi
guru lebih banyak informasi konkret dan non bias, yang dapat dipakai untuk
evaluasi.
b.
Penilaian
selama instruksi (penilaian formatif)
Adalah
penilaian selama jalannya pelajaran atau instruksi, bukan setelah pelajaran
selesai. Observasi anda secara terus menerus dan memantau proses belajar murid
saat mengajar akan membuat anda mengetahui apa yang harus anda lakukan
berikutnya. Penilaian ini juga membantu anda mendeteksi murid yang butuh
perhatian individual.
Pertanyaan
lisan adalah aspek penting dari
penilaian suatu instruksi. Beberapa guru mungkin mengajukan pertanyaan hingga
300 sampai 400 sehari , bukan hanya untuk menstimulasi pemikiran dan penelitian
murid, tetapi juga menilai level pengetahuan dan keahlian mereka ( Morgan & saxton,1991). Jenis-jenis pemikiran
murid berikut ini ( contoh pemikiran diletakkan dalam tanda kurang):
a)
Terapkan
( misalnya, suruh murid untuk memberikan contoh prinsip dari dunia nyata)
b)
Analisis
( Misalnya, suruh murid untuk membagi-bagi argumen menjadi komponen-komponen)
c)
Evaluasi
( misalnya, suruh murid untuk menilai apa hal utama yang perlu diubah dikelas)
d)
pahami
(Misalnya, suruh murid untuk mengkonstruksi makna dari kejadian sejarah)
e)
Buat
( misalnya, suruh murid untuk memberikan saran alternatif untuk mengerjakan
sesuatu)
c.
Penilaian
pasca instruksi (penilaian sumatif)
(atau penilaian formal) adalah penilaian setelah
instruksi selesai, dengan tujuan mencatat kinerja murid. Penilaian sesudh
instruksi akan menghasilkan informasi tentang seberapa baiklah murid anda dalam
menguasai materi, apakah murid sudah siap untuk pelajaran lanjutan, grade apa
yang harus diberikan pada mereka, komentar apa yang harus diberikan kepada
orang tuanya, dan bagaiamana anda harus menyesuaikan instruksi anda (McMillan,
2001).
2. Membuat Penilaian kompatibel dengan
pandangan tentang pembelajaran dan motivasi
kontemporer
Penilaian memainkan peran penting dalam usaha, kegiatan
dan kinerja,. Observasi informal anda dapat memberi informasi tentang beberapa
besar motivasi murid untuk mempealajari suatu mata pelajaran. Jika anda
memeliki hubungan yang baik dengan murid, pertanyaan lisan langsung dari
percakapan privat dapat menghasilkan pandangan yang berguna tentang motivasi
murid.dalam memikirkan tentang bagaimana kaitan motivasi dengan penilaian,
tanyakan kepada diri anda sendiri apakaah penilaian anda akan mendorong murid
untuk lebih terlihat aktif dalam mata pelajaran dan lebih termotivasi secara
intrinsik untuk mempelajari mata pelajaran tersebut.
Susan Brokkhart
(1997,20020 Mengembangkan sebuah model cara penilaian kelas bisa
membantu meningkatkan motivasi. Dia berpendapat bahwa setiap lingkungan kelas
merupakan tempat serangkaian penilaian yang terus berulang. Dalam setiap
peristiwa penilaian, guru berkomunikasi dengan murid melalui penugasan,
aktivitas, dan umpan bailk terhadap kinerja. Murid merespons berdasarkan
persepsi mereka terhadap kesempatan pembelajaran tersebut dan beradasarkan
pemikiran mereka tentang kemampuan mereka sendiri dalam mengerjakan tugas.
Percaya bahwa pandangan tentang penilaian kelas ini menunjukkan bahwa guru
seharusnya mengevaluasi murid dengan menggunakan berbagai kinerja, terutama
kinerja yang bermakna bagi murid.
3.
Menciptakan
sarana pembelajaran yang tepat dan jelas
Pandangan dewasa ini mengenai hubungan penilaian dengan
pembelajaran dan motivasi juga berarti penilaian harus mencakup penyusunan
tujuan atau target pembelajaran yang tepat dan jelas. Target pembelajaran,
terdiri dari apa-apa yang harus diketahui oleh murid dan mampu dilakukan.
Adalah penting untuk menyusun kriteria penilaian tentang apakah murid sudah mencapai
target pembelajaran. Gambar 16.2 memberikan beberapa contoh target
pembelajaran. Penyusunan target pembelajaran adalah sesuai dengan penekanan
pada sasaran instruksional yang didiskusikan di Bab 12.
Murid mampu menjelaskan seberapa bervariasikah perbedaan
kultur dan bagaimana kultur memengaruhi keyakinan dan kehidupan orang. Murid
mampu menjawab pertanyaan komprehensif tentang perbedaan kultural dan
efeknya.
|
Murid menunjukkan pengetahuan tentang bagian-bagian dari tanaman dengan
mengisi atau menggambar diagram dari semua bagian tanaman yang dipelajari
|
Murid menunjukkan pemahaman mereka tentang kewarganegaraan dengan
mengindentifikasi secara tepat apakah sebuah pernyataan sebuah pernyataan
tentang kewarganegaraan benar atau tidak. Sejumlah besar item dipakai sebagai
sampel untuk pelajaran.
|
Murid mampu menjelaskan mengapa konstitusi amerika itu penting dengan
menulis essai yang menunjukkan apa yang akan terjadi jika konstitusi dihapus.
Paper esai itu akan ditulis seacara menyeluruh, membahas alasan argumen,
memaparkan pengetahuan tentang konstitusi dan organisasi kenegaraan
|
Murid akan menunjukkan bahwa mereka tahu perbedaan antara komponen
kalimat dengan tepat. Mereka dapat dengan benar mengidentifikasi kata kerja,
kata keterangan, kata sifat, dan kata benda dan kata ganti dalam sebuah
kalimat yang cukup panjang.
|
Murid mampu melakukan hitungan perkalian dalam soal-soal matematika yang
berbeda-beda. Soal matematika itu baru bagi murid, beberapa diantaranya mirip
didal soal yang terdapat dalam buku ajar
|
Murid mampu menggunakan pengetahuan mereka tentang penambahan,
pengurangan, pembagian, dan pengalian untuk memecahkan problem dalam ujian
standar
|
Murid akan menunjukkan pemahaman mereka tentang bagaimana seni rupa
memberikan ide dan perasaan dengan menunjukkan bagaimana contoh-contoh karya
seni mengomunikasikan gagasan dan perasaan.
|
Diantara
tipe-tipe target pembelajaran yang dapat anda gabungkan dalam instruksi dan
penilaian anda adalah:
a)
Pengetahuan,
ini melibatkan apa
yang perlu diketahui murid untuk memecahakan problem dan menerapkan keahlian.
Pengetahuan memberi murid kemampuan untuk menguasai pokok persoalan substantif
b)
Penalaran
/ pemikiran, salah satu
tujuan pembelajaran adalah murid bukan hanya mendapatkan pengetahuan, akan
tetapi juga mampu berfikir tentang pengetahuan.
c)
Produk,
produk adalah
contoh dari hasil kerja murid, essai, paper, laporan lisan, dan laporan sains
merefleksikan kemampuan murid untuk menggunakan pengetahuan dan penalaran.
d)
Perasaan,
target efektif
ada;ah emosi, perasaan dan nilai-nilai murid. Misalnya ingat kembali diskusi
kita tentang kecerdasan emosioanal di Bab 4. Dimana kita mendeskripsikan arti
penting dari upaya dala membantu murid.
4.
Membuat
penilaian bermutu tinggi
Tujuan penting lain kelas untuk kelas sebagai konteks
penilaian adalah menghasilkan penilaian bermutu tinggi (Kubiszyn & Borich, 2000,Wright,
2001). Penilaian mencapai level mutu tinggi jika penilaian menghasilkan
informasi yang reliabel, valid, dan berguna tentang kinerja murid, (carey,
2001). Penilaian bermutu tinggi juga harus adil. Validitas dan reabilitas akan memengaruhi
konsistensi dan akurasi dari inferensi atau kesimpulan guru yang diambil dari informasi
penilaian muridnya.
Validitas, adalah sejauh
mana penilaian mengukur apa-apa yang hendak diukur misalnya, apakah tes tentang
revolusi amerika benar-benar mengukur pengetahuan murid tentang peristiwa
bersejarah itu? Dalam konteks penilaian kelas, validasi juga mencakup seberapa
akrat dan bergunakah inferensi guru tentang penilain tersebut.
Inferensi, adalah
kesimpulan yang diambil seseorang dari informasi. Anda mungkin menyimpulkan
bahwa testentang revolusi amerika telah bisa menilai dengan baik pengetahuan
murid tentang revolusi amerika naun tidak bisa mengevaluasi kemampuan murid
untuk berfikir kritis tentang isu-isu revolusi amerika.
Reliabel adalah nilai
yang stabil , dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran.
Konsistensi tergantung pada situasi dalam pelaksanaan tes dan faktor murid yang
bervariasi dari satu tes ketes lainnya. Sedangakan Reliabilitas adalah
tentang penentuan seberapa konsistensikah penilaian itu mengukur hal-hal yang
akan diukur. Jika guru memberi murid tes yang sama untuk pelajaran matematika
pada dua kesempatan yang berbeda, namun murid mengerjakan tes secara konsisten
pada kedua tes tersebut. Maka ini menunjukkn bahwa tes ini reliabel.
Keadilan,penilaian
kelas yang bermutu tinggi bukan hanya valid dan reliabel, tetapi juga adil,
(fair) , penilaian dikatakan fair apabila semua murid mendapat kesempatan yang
sama untuk belajar dan menunjukkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Penilaian
adalah adil jika guru membuat target pembelajaran yang tepat, memberi pelajaran
dan materi yang baik untuk mencapai target tersebut, dan menggunakan penilaian
yang merefleksikan target , isi materi dan instruksi. Sebuah penilaian mungki
juga bersifat bias jika penilaian itu secara tidak adil atau menyinggung latar
belakang seorang murid, seperti etnis, status sosial ekonomi, gender, agama,
dan ketidakmampuan, dan sebagainya.
B.
UJIAN
TRADISIONAL
Dalam
bagian berikut ini, kita akan memberikan beberapa pedoman untuk membuat soal
tes tradisional dan menyusun penilaian alternatif. Tes atau ujian tradisional
biasanya ujian dengan menggunakan kertas soal dan jawaban diamana murid
mengerjakan soal pilihan, meghitung, memberi jawaban pendek atau menulis esai.
Bahasan terhadap tes tradisional berfokus pada dua tipe soal utama dalam
penilaian. 1 Soal dengan jawaban memilih, dan 2 soal yang harus dijawab murid.
1. Soal
dengan jawaban memilih
Soal dengan jawaban pilihan menggunakan format objektif
yang akan mempercepat penilaian hasil jawaban murid. Penialaian untuk jawaban
yang benar dibuat dan dapat diaplikasikan oleh penguji atau dengan menggunakan
komputer. Bentuk soal jenis ini yang paling lazim diapaki adalah soal
benar/salah, soal pilihan ganda, dan soal mencocokkan/memasangkan pertanyaan
dengan jawaban. Soal benar/salah
meminta murid untuk menandai apakah sebuah pernyataan adalah benar atau salah.
Jakarta
adalah ibu kota Indonesia Benar Salah
Soal
ini mengandung beberapa kekurangan dan kelebihan diantaranya:
Kelebihan:
a.
Soal
cocok untuk pertanyaan yang mengandung dua alternatif jawaban saja (misalnya
fakta atau opini, fakta valid atau tidak valid).
b.
Tidak
terlalu banyak membutuhkan kemampuan pemahaman bacaan dibandingkan soal pilihan
ganda
c.
Dalam
periode waktu tertentu ada relatif banyak soal yang dapat dijawab
d.
Penilainnya
mudah, objektif, dan realiabel
Kekurangan:
a.
Sulit
untuk menulis soal pada level pengetahuan dan pemikiran yang tinggi yang bebas
dari ambiguitas
b.
Jawaban
murid, meski benar tidak menunjukkan bahwa si murid tahu mana yang benar
(mungkin murid menjawab untung-untungan).
c.
Tidak
ada informasi diagnostik yang diberikan oleh jawaban yang salah
d.
Nilai
lebih mudah dipengaruhi oleh unsur-unsur tebak-tebakan.
Soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda terdiri dari dua bagian: soal, plus
satu set jawaban yang mungkin. Soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan, dan
diikuti dengan satu set jawaban yang harus dipilih yang benar. Jawaban salah
disebut distractor (pengganggu).
Tugas murid adalah memilih jawaban yang benar diantara beberapa jawaban
pengganggu. Misalnya:
Apa ibu kota Indonesia? (Soal)
a.
Kuala
Lumpur (Distractor)
b.
Jakarta (Benar)
c.
Yogyakarta (Distractor)
d.
Surabaya (Distractor)
Murid di bawah grade empat mungkin harus menjawab
pertanyaan pada halaman soal, bukan pada lembar jawaban terpisah. Murid SD
cenderung menjawab dengan lamban dan mudah bingung jika menggunakan lembar
terpisah (Sax, 1997). Menggunakn lembar jawaban terpisah untuk murid yang lebih
tua akan mengurangi waktu penialain karena jawabannya biasanya dapat dimasukkan
dalam satu lembar saja. Kelebihan dan kekurangan soal pilihan ganda sebagai
berikut:
Kelebihan
a.
Hasil
yang sederhana sekaligus kompleks dapat diukur.
b.
Tugasnya
sangat terstruktur dan jelas
c.
Sampel
persentasi yang luas dapat diukur.
d.
Jawaban
alternatif yang salah dapat memberikan informasi diagnostik
e.
Nilai
tidak terlalu dipengaruhi oleh tebak-tebakan
f.
Penilaiannya
mudah. Objektif dan reliabel.
Kekurangan
a.
Penyusunan
soal memakan banyak waktu
b.
Sulit
untuk menemukan distraktor yang masuk akal
c.
Format
pilihan ganda tidak efektif untuk mengukur beberapa tipe pemecahan masalah dan
kemampuan mengorganisasikan dan mengekspresikan ide
d.
Nilai
dapat dipengaruhi oleh kemampuan membaca
Soal percocokan. Soal ini (matching items) banyak dipakai untuk
murid muda, dimana murid harus mencocokkan satu kelompok soal secara tepat
dengan satu kelompok jawaban (Hambleton, 1996). Percocokan terutama sesuai
untuk menilai asosiasi atau hubungan antara dua set informasi. Dalam format
soal pencocokan yang lazim, guru meletakkan satu daftar istilah pada sisi kiri
halaman dan deskrispsi atau defenisi istilah itu pada sisi kanan halaman. Dalam
format lainnya, disediakan ruang kosong di sebelah masing-masing istilah, tempat
murid harus menuliskan angka atau huruf yang mewakili deskripsi yang benar. Saat
menggunakan bentuk soal ini, batasi jumlah soal yang hendak dicocokkan menjadi
tak lebih dari delapan atau sepuluh.
Format penilaian objektif lain. Ujian objektif atau jawaban pilihan lainnya dapat menggunakan bentuk
audiovisual dan seperangkat problem (Hambleton, 1996).
Format auduovisual.
Memudahkan kita untuk membuat dan menunjukkan slide dan rekaman vidio. Murid
diberi problem dalam bentuk audiovisual dan diminta membuat keputusan tentang
apa yabg akan terjadi atau bagaimana memecahkan problem. Murid memilih jawaban
dari satu set opsi, seperti dalam pilihan ganda bentuk tulisan. Keuntungan
utama dari format audiovisual adalah format ini dapat menggambarkan dunia riil
dan dapat dipakai untuk mengevaluasi keahlian kognitif yang lebih tinggi.
Kekurangan utamanya adalah memakan banyak biaya dan waktu.
Seperangkat problem (problem set) adalah menyajikan dua atau
lebih pilihan ganda atau jawaban pendek-objeltif yang mengacu pada satu
stimulasi, seperti ilustrasi, grafik, atau pesan. Misalnya, untuk pelajaran
matematika, sebuah grafik ditampilkan bersama dengan serangkaian soal pilihan
ganda. Dalam studi sosial atau sejarah, peta dapat menjadi stimulus untuk
setengah lusin soal. Beberapa murid mengatakan bahwa format problem ini tampak
lebih realistis ketimbang soal yang independen dan diskret.
2. Soal
yang harus dijawab murid
Soal yang harus dijawab mensyaratkan agar murid menuliskan informasi bukan
memilih jawaban dari menu. Jawaban singkat dan soal essai adalah bentuk paling
lazim dari soal jawaban. Dalam penelitian, banyak soal yang harus dijawab murid ini membutuhkan penilaian sipihak
penguji.
Soal
dengan jawaban pendek. Soal dengan jawaban pendek adalah
format soal jawab dimana murid diminta untuk menulis jawaban dalam dalam
kalimat pendek, misalnya: ada pertanyaan ‘Siapa
penemu penisilin?’.
Soal essai
mensyaratkan murid untuk menulis mulai dari beberapa kalimat sampai banyak
kalimat untuk menjawab pertanyaan. Saran untuk menulis soal essai yang baik
antara lain (Sax, 1997):
a. Spesifikasikan
batasan. Beritahu murid tentang batas panjang jawaban dan bobot nilai untuk
masing-masing soal essai.
b. Susun
soal dengan baik dan jelaskan tugasnya.
c. Ajukan
pertanyaan secara langsung. Jangan berbelit-belit.
Kelebihan
soal essai
a. Level
tertinggi dari hasil pembelajaran (analisis, sintesis, evaluasi) dapat diukur.
b. Integtasi
dan aplikasi ide dapat ditekannkan.
c. Waktu
persiapan biasanya lebih sedikit ketimbang format soal tipe pilihan
Kekurangan
soal essai
a. Prestasi
tidak bias dibuat sampel secara memadai karena dibutuhkan waktu utuk menjawab
masing-masing pertanyaan.
b. Sulit
untuk menghubungkan jawaban essai dengan hasil pembelajaran yang diharapkan
karena adanya kebebasan untuk memilih, menata, dan mengespresikan
gagasan-gagasan.
c. Nilai
bias naik lantaran keahlian penulisan atau keindahan tulisan, dan bias turun
karena tulisan tangan yang buruk, salah ejaan, dan kesalahan tata bahasa.
d. Penilaian
memakan banyak waktu, bersifat subjektif, dan mungkin tidak reliable.
C.
PENILAIAN
ALTERNATIF
1.
Tren
dalam Penilaian Alternatif
Salah
satu tren terbaru adalah menyuruh murid untuk memecahkan beberapa tipe problem
autentik atau menyelesaikan suatu proyek atau mendeminstrasikan beberapa
keahlian di luar konteks ujian essai (Montgomery, 2001). Tren lainnya adalah
menyuruh murid untuk membuat portopolio pembelajaran untuk menunjukkan apa yang
telah mereka pelajari (Berrryman dan Russell, 2001).
Penilaian
alternative menawarkan kepada murid lebih banyak pilihan ketimbang ujian
tradisional atau ujian essai. Misalnya dalam pelajaran kisah misteri, murid
bida memilih menulis laporan tentang pengarang atau cerita misteri, menulis
sendiri cerita misteri, membuat buku misteri untuk anak, atau mewawancarai
penyelidik setempat.
2.
Penilaian
Berbasis Kinerja
Penilaian
kinerja mencakup apa-apa yang umumnya dianggap sebagai kinerja actual murid
(seperti dalam bidang tari, musik, dan pendidikan fisik/olahraga), dan juga papper essai, proyek presentasi oral,
eksperimen, dan fortopolio.
Ciri-ciri
penilaian berbasis kinerja. Penilaian berbasis kinerja mencakup
penekanan pada “melakukan” aktivitsa terbuka diamana tidak ada jawaban yang
benar dan objektif dan penilaian ini bias menilai pemikiran level tinggi.
Penilaian kinerja terkadang juga realistis. Evalusai kinerja kerap menggunakan
metode evalusi langsung, penialain diri, penialain kinerja kelompok, dan
individual, serta lebih banyak memakan waktu (Hambleton, 1996).
Pedoman
untuk penilaian berbasis kinerja. Pedoman penggunaan
penialain berbasis kinerja mencakup
empat isu umum diantaranya (Airaisan, 2001)
a. Mentukan
tujuan yang jelas
b. Mengidentifikasi
criteria yang dapat diamati
c. Member
setting yang tepat
d. Menilai
kinerja
Kriteria
kinerja. Adalah perilaku spesifik yang harus dilakukan
murid secara efektif sebagai bagian dari penilaian. Kriteria penialain akan
membantu guru melampaui ekspresi umum (seperti “kerjakan persentasi lisan” atau
“Selesaikan sebuah proyek sains”) dalam menentukan apa-apa yang perlu dilakukan
murid. Criteria kinerja membantu Anda membuat observasi Anda lebih sistematis
dan focus. Sebagai pedoman, kriteria ini mengarahkan observasi Anda. Tanpa
Kriteria observasi Anda bias jadi tidak sistematis dan tidak beraturan.
Kemunikasikan kriteria kinerja ini murid
pada awal instruksi agar murid tahu focus dari pembelajaran.
3.
Penilaian
Portopolio
Minat terhadap
portopolio meningkat dramatis di tahun-tahun belakangan ini. Penilaian
portopolio amat berbeda dari penilaian pembelajaran tradisional.
Sebuah
portopolio terdiri dari sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan
terorganisir, yang menunjukkan keahlian dan prestasi murid. Sebuah fortopolio
adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna untuk member taahu kita tentang
kemajuan dan prestasi siswa (Minzes, Wandersee dan Novak, 2001).
TES
TRADISIONAL
|
PORTOPOLIO
|
1.
Memisahkan pembelajaran, testing,
dan pengajaran.
2.
Tidak menilai dampak pengetahuan
sebelumnya terhadap pembelajaran karena hanya menggunakan soal yang
terisolasi dan kurang familiar
3.
Mengandalkan materi yang
membutuhkan informasi material.
4.
Melarang kolaborasi atau kerja
sama selama proses penilaian.
5.
Sering memperlakukan keahlian
dalam konteks terpisah dalam rangka menentukan prestasi untuk tujuan
pelaporan.
6.
Menilai murid pada sejumlah tugas
terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan murid di kelas.
7.
Menilai siswa dalam yang telah
situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan
8.
Hanya menilai prestasi
9.
Jarang member sarana untuk
menilai kemampuan murid memonitor pembelajaran mereka sendiri.
10. Jarang
memasukkan soal-soal yang menilai respons emosional terhadap pembelajaran
|
1. Mengaitkan
penilaian dan pengajaran dengan pembelajaran.
2. Mempertimbangkan
arti penting dari pengetahuan murid sebelumnya sebagai determinan kritis bagi
pembelajaran dengan menggunkan aktivitas penilaian autentik.
3. Member
kesempatan untuk menunjukkan pemikiran inferensial dan kritis yang esensial
untuk mengkinstruksi makna.
4. Mempresentasikan
pendekatan kolaboratif terhadap penilaian yang melibatkan murid dan guru
5. Menggunakan
banyak aktivitas sembari menyadari bahwa pembelajaran membutuhkan integrasi
dan koordinasi kaehlian komunikasi.
6. Merepresentasikan
beragam aktivitas instruksional yang dilakukan murid di kelas
7. Dapat
mengukur kemampuan murid untuk bekerja dalam situasi yang tak terduga
8. Mengukur
setiap prestasi murid dengan memperhatikan perbedaan individual
9. Memperhatikan
peningkatan, upaya, dan prestasi
10. Mengimplementasikan
penilaian diri dengan menyuruh murid memantau pembelajaran mereka sendiri
11. Melibatkan
murid dalam penilaian kemajuan mereka dan/prestasi mereka dan menentukan
tujuan pembelajaran mereka sendiri
12. Member
kesempatan untuk merefleksikan perasaan tentang pembelajaran.
|
D.
GRADING
DAN PELAPORAN KINERJA
Grading
(pemberian nilai) berarti menerjemahkan informasi penilaian deskriptif ke dalam
angka atau symbol lain yang menunjukkan kualitas dari pembelajaran atau kinerja
murid.
Tujuan
Grading. Mengandung empat tujuan dasar:
1. Admimistratif.
Nilai atau grade membantu menentukan rangking kelas murid, kredit untuk
kelulusan, dan apakah murid bias naik kelas selanjutnya atau tidak.
2. Informational.
Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang tua, dan pihak
lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid.
3. Motivasional.
Membantu murid agar termotivasi secara instrinsik. Banyak murid belajar keras
karena mereka termotivasi secara instrinsik yakni ingin mendapat nilai tinggi
daan takut nilai rendah.
4. Pedoman.
Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus dan level
tugas yang tepat bagi murid. Nilai member informasi tentang murid mana yang
butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang tepat bagi murid.
Komponen
system grading:
1. Standar perbandingan.
Kinerja murid bias diberi nilai dengan membandingkan dengan kinerja murid lain
atau dengan standar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Grading berdasarkan pada norma.
Adalah system grading berdasarkan perbandingan kinerja murid dengan murid
lainnya dalam kelas atau kelas lainnya.
3. Membandingkan kinerja dengan
standar yang telah ditentukan. Murid mendapat nilai
tertentu
Komponen Grading
Standar perbandingan :
1. Membandingkan kinerja antar murid.
Grading berdasarkan pada norma adalah system grading berdasarkan perbandingan
kinerja murid dengan murid lainnya dalam kelas atau kelas lainnya.
2. Membandingkan kinerja dengan standar
yang telah ditentukan. Grading berdasarkan kriteria berarti murid mendapat
nilai tertentu untuk level kinerja tertentu,terlepas dari nilai perbandingan
dengan hasil murid lainnya. Grading berbasis standar adalah perkembangan
terbaru dari grading berbasis kriteria. Grading ini didasarkan pada standar
yang harus dicapai murid.
3. Mempertimbangan jenis-jenis bukti
yang berbeda. Guru perlu menentukan bobot dari komponen nilai murid. Melaporkan
kemajuan dari nilai murid ke oangtua. Nilai adalah metode paling umum untuk memberi
informasi kepada orangtua tentang kinerja dan kemajuan anaknya dikelas.
4. Kartu laporan. Kartu laporan adalah
metode standar pelaporan kemajuan dan nilai muridke orangtuanya.
5. Laporan kemajuan tertulis. Laporan
tertulis ini dapat memuat kinerja murid pada ujian dan ulangan, proyek, laporan
lisan, dan sebagainya.
6. Konfrensi orantua guru.konfrensi
orangtua guru adalah cara lain untuk mengkomiunikasikan informasi tentang nilai
dan penilaian. Konfrensi juga memberi peluang untuk memberi informasi yang berguna
bagi orangtua tentang bagaimana mereka bisa menjadi mitra dalam membantu anak
mereka belajar lebih efektif.
Membandingkan
Kinerja dengan Standar yang telah Ditentukan.
Grading berdasarkan kriteria berarti siswa mendapat nilai
tertentu untuk level kinerja tertentu, terlepas dari perbandingan dengan hasil
siswa lainnya. Terkadang grading berdasar kriteria ini dinamakan obsolute grading. Biasanya, grading
jenis ini didasrkan pada proporsi point yang diraih pada ujian atau pada level
penguasaan yang dicapai dalam keahlian kinerja, seperti keahlian memberi
presentasi oral dan memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan.
Standar Perbandingan. Kinerja murid bisa diberi nilai
dengan membandingkannya dengan kinerja murid lain atau dengan satndar kinerja
yang telah ditentukan sebelumnya.
Grading berbasis standar adalah perkembangan terbaru dari grading berbasis kriteria. Grading
didasarkan pada standar yang harus dicapai siswa.
Mempertimbangkan Jenis-Jenis bukti
yang berbeda.
Anda perlu menentukan bobot dari komponen nilai murid. Misalnya, guru mengkin
menggunakan sistem pertimbangan sperti ini:
Tes Utama (2)
20%
Ujian Akhir
25%
Ulangan
20%
PR
5%
Laporan Oral
10%
Proyek
20%
E.
KOMPUTER
DAN PENILAIAN
Komputer
apapun jenisnya baik Personal Komputer, Laptop, Netbook, Notebook, maupun tipe
lain memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Dengan perbedaan spesifikasi
tersebut sudah pasti berpengaruh terhadap performa atau kemampuan komputer itu
sendiri dalam pemrosesan ataupun kinerjanya. Komputer dengan spesifikasi tinggi
tentu mampu bekerja lebih ekstra. Dengan spesifikasi tinggi pula yang mampu
menjalankan software, aplikasi, dan game yang berat dan membutuhkan pemrosesan
data yang cepat.
Pengguna hendaknya
mengerti dan paham terhadap komputer yang dimiliki serta digunakannya termasuk
spesifikasi dan kemampuan komputer tersebut. Manfaatnya adalah agar pengguna
bisa menggunakan dan mengoptimalkan komputer yang dimiliki atau digunakannya
sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pengguna. Hal ini seperti saling
mengerti antara komputer dengan manusia sebagai penggunanya. Penyesuaian ini
dapat membuat komputer bekerja sesua kemampuan dan kebutuhan pengguna, tidak
Over Worked, serta tidak menyia-nyiakan spesifikasi komputer.
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru (yang dilakukan melalui
suatu langkah-langkah) yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang
diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan, yang dikumpulkan melalui
prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya
peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Menggunakan computer untuk penilaian
1.
komputer
bisa dipakai untuk menyusun, mencetak, mengelola dan menilai tes menjadi media
untuk portofolio dan menyimpan catatan murid.
2.
Walaupun
data penilaian dapat dianalisis dengan computer, computer itu sendiri dalam
analisisnya tidak mampu menggunakan akal sehat, intuisi, dan penilaian akal
sehat.
3.
Keputusan
akan penilain dengan computer masih didasarkan pada interpretasi dan penilaian
guru, sebagaimana halnya pengukuran tanpa komputer.
Menyusun,
mencetak, mengelola, dan menilai ujian
1.
Computer
dapat membantu penyusunan tes melalui banking (kumpulan) soal dengan menyimpan
file soal yang dapat diambil untuk menyiapkan tes dan biasanya soal dikodekan
dalam area subjek atau mata pelajaran, level intruksional, dan tingkat
kesulitan soal.
2.
Komputer
dapat dipakai untuk mencetak soal dari bank soal.
3.
Komputer
bisa dipakai langsung dalam administrasi ujian.
4.
Penilaian
computer dapat menghemat waktu dalam proses penilaian.
Portofolio Elektronik
1.
Istilah
portofolio elektronik dan portfolio berbasis computer dipakai untuk
mendiskripsikan hasil tugas portfolio yang disimpan dalam format elektronik.
2.
Simpanan
itu bisa berupa teks, grafik, suara da video
3.
Sebuah
portofolio berbasis computer akan memudahkan pemindahan informasi dari guru
keguru lain atau dari sekolah kesekolah lain.
4.
Telah
tersedia beberapa program portofolio elektronik dan yang paling bayak dipakai
adalah Aurbach’s Grady Profile, dimana baik itu guru maupun murid dapat
memasukkan contoh hasil karya. Program ini juga dapat memuat contoh tulisan,
nilai tes standar, keahlian komunikasi oral dan penilaian matematika.
5.
Program
nilai seperti Hyper-Studio oleh Roger Wagner (1993) dan file maker pro oleh
cloris) memudahkan guru untuk membuat template bagi penilaian portofolio
mereka.
Pencatatan
1.
Dulu,
pencatatan atau penyimanan catatan adalah beban bagi banyak guru, sementara
informasi nilai merupakan kegiatan yang membutuhkan banyak pencatatan.
2.
Sekarang,
beban tersebut sudah dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi computer.
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar