Selasa, 18 Oktober 2016

PENILAIAN KELAS




Penilaian adalah sebuah proses yang terus-menerus. Ini bukan sekedar member ujian atau menentukan grade. Ini adalah sesuatu yang harus dilakukan guru untuk menentukan apakah muridnya sudah belajar dengan baik atau belum. Penilaian bias berupa member pertanyaan kepada murid, memonitor murid sambil berkeliling kelas saat pelajaran berlangsung, dan memerhatikan muka mired yang kebingungan atau senyum murid yang memahami pelajaran. Tanpa penilaian yang terus-menerus, guru tidak akan pernah tahu apakah pengajarannya efektif atau tidak atau apakah perlu modifikasi atau tidak. Jika dilakukan dengan efektif, penilaian akan membuat guru punya informasi yang berharga untuk memberikan pengalaman belajar yang optimal bagi murid.
Saat Anda member ujian, setiap soal pada tes harus berhubungan dengan sasaran pengajaran. Ini akan membantu guru menghundari pertanyaan “tebak-tebakan” pertanyaan yang mungkin sepele atau tidak penting. Jika waktu pelajaran tidak memadai, sebaikanya ujian jangan terlalu sulit bagi murid. Berhati-hatilah dalam menulis soal agar sesuai dengan level murid. Soal tes harus menguji pemahaman murid terhadap isi pelajaran, bukan keahlian membaca mereka (kecuali, tentu saja, yang diuji adalah keahlian membacanya). Saya ingat saya menjadi murid saya mengikuti tes analogi yang dimaksudkan untuk menilai kemampuan saya untuk mengidentifikasi hubungan antar konsep. Akan tetapi, kosakatanya sulit sekali sehingga saya tidak bias mengerjakan beberapa soal karena kosakatanya sulit untuk level saya.
Ujiannya adalah pertanyaan essai, tulislah contoh jawaban sebelum pemberian soal. Apakah Anda akan member soal tanpa petunjuk apa pun pada soal pilihan ganda yang akan Anda berikan kepada murid Anda? Tentu tidak! Apalagi soal essai tulis dengan baik dan beri petunjuk contoh jawaban, maka nilai murid akan merefleksikan secara akurat level pemahaman murid terhadap materi tersebut.
PEMBAHASAN
A.      KELAS SEBAGAI KONTEKS PENILAIAN
Saat Anda berfikir tentang penilaian, apa yang masuk ke benak Anda? Mungkin tes atau ujian. Akan tetapi, saat kita membahas kelas sabagai konteks penilaian, Anda akan menemukan bahwa strategi penilaian kontenporer ternyata bukan sekedar tes atau ujian.
1.    Penilaian sebagai Bagian Integral dari Pengajaran
Guru lebih menghabiskan lebih banyak waktu dalam penilaian ketimbang yang Anda banyangkan. Dalam satu analisis, mereka menghabiskan 20 sampai 30 persen waktu professional mereka untuk menghadapi persoalan penilaian (Stiggins, 2001). Penilaian bukan hanya pencatatan apa yang diketahui dan dapat dilakukan murid, tetapi juga memengaruhi pembelajaran dan motivasi mereka. Ide ini merepresentasikan perubahan cara pandang terhadap penilaian, yakni dari konsep bahwa penilaian adalah hasil tersendiri yang diperoleh setelah instruksi selesai, menuju ke konsep integrasi penilaian dengan instruksi atau pengajaran.
Pandanglah integrasi instruksi darai penilaian dari segitiga kerangka: pra-instruksi, selama instruksi, pasca instruksi. Standart fot Teacher Competence in Educational Assessment, yang dikembangkan bersama-sama pada awal 1990-an oleh American Federation of Teacher, National Council on Measurement in Education, National Education Assosiation, mendeskripsikan tanggungjawab guru atas penilain murid dalam tiga kerangka di bawah ini:
PRA INSTRUKSI
SELAMA INSTRUKSI
PASCA INSTRUKSI
Apakah murid saya memeiliki pra syarat pengetahuan dan keahlian untuk sukses?
Apakah murid saya memperhatikan saya?
Berapa banyak materi yang telah dipelajari murid saya?
Apakah yang akan menarik bagi murid saya?
Apakah murid saya memahami materi pelajaran?
Apakah yang harus saya lakukan selanjutnya?
Apa yang akan memotivasi murid saya?
Kepada murid mana pertanyaan harus saya ajukan?
Apakah saya perlu mengulas hal-hal yang tidak dipahami kelas saya?
Berapa lama saya harus mengajarkan masing-masing unit materi?
Apa tipe pertanyaan yang harus aya ajukan?
Berapa grade yang mesti saya beri?
Apa strategi pengajaran yang mesti saya gunakan?
Bagaimana saya harus menjawab pertanyaan murid?
Apa yang harus saya beritahukan kepada murid?
Bagaimana saya harus menilai murid?
Kapan saya harus berhenti menyampaikan pelajaran?
Bagaimana saya bias mengubah pegajaran nanti?
Apa tipe pembelajaran kelompok yang harus saya gunakan?
Siapa murid yang butuh bantuan tambahan?
Apakah nilai tes benar-benar memfeksikan pengetahuan dan kempuan murid?
Apa sasaran atau tujuan pembelajaran saya?
Murid mana yang mesti dibiarkan sendiri?
Apakah yang ada salah dipahami oleh murid?


a.    Penilaian Pra-instruksi
Bayangkan Anda ingin mengetahui seberapa baikkah murid Anda dalam memecahkan problem matematika level tertentu sebelum Anda mulai memberikan pengajaran formal pada level lebih lanjut. Anda bias melihat pada nilai murid pada kelas sebelumnya pada tes matematika standar, dan juga Anda bias mengamati murid Anda selama beberapa hari untuk melihat seberapa baik mereka dalam memahami matematika. Jika hasil penilaian pra instruksi sangat baik, maka Anda bias menaikkan level instruksi Anda. Tanpa penilaian prainstruksi ini, Anda akan beresiko memiliki kelas yang kebingungan (jika pengajaran Anda terlalu tinggi levelnya) atau membosankan (jika pegajaran Anda terlalau rendah levelnya).
Dalam penilaian pra-instruksional, jangan membuat ekspektasi yang akan mendistorsi persepsi Anda tentang murid. Adalah mustahil untuk tidak berharap pada murid. Karena ekspektasi guru bias memengaruhi pembelajaran murid, beberapa guru bahkan tidak mau menengok pada nilai murid atau nilai tes standar sebelumnya. Entah itu Anda memeriksa informasi atau tidak, buatlah ekspektasi (impian, harpan, angan-angan yang ada dalam kepala kita yang sumbernya juga dari perasaan) yang realitas. Apabila anda khilaf, kekeliruan itu mungkin karena anda terlalu memberikan ekspektasi yang berlebihan.
Cara yang bagus adalah memperlakukan kesalahann awal anda sebagai sebuah hipotesis yang akan dikonfirmasi atau dimodifikasi oleh observasi dan informasi selanjutnya. Beberapa observasi awal anda mungkin akurat, dan observasi lainnya mungkin perlu direvisi saat anda berusaha memahami murid anda, jangan percaya pada kabar burung, jangan membuat penilaian hanya berdasarkan satu atau dua observasi saja, dan jangan memberi label pada murid ( Airrasian, 2001).
Beberapa guru juga melakukan pra tes diagnostic dalam mata pelajaran tertentu untuk mengetahui level pengetahuan dan keahlian murid. Dan banyak sekolah yang mengumpulkan sampel hasil karya murid dalam fortopolio, yang dapat dibawa dari grade ke grade. Fortopolio ini memberi guru lebih banyak informasi konkret dan non bias, yang dapat dipakai untuk evaluasi.
b.   Penilaian selama instruksi (penilaian formatif)
Adalah penilaian selama jalannya pelajaran atau instruksi, bukan setelah pelajaran selesai. Observasi anda secara terus menerus dan memantau proses belajar murid saat mengajar akan membuat anda mengetahui apa yang harus anda lakukan berikutnya. Penilaian ini juga membantu anda mendeteksi murid yang butuh perhatian individual.
Pertanyaan lisan adalah aspek penting dari penilaian suatu instruksi. Beberapa guru mungkin mengajukan pertanyaan hingga 300 sampai 400 sehari , bukan hanya untuk menstimulasi pemikiran dan penelitian murid, tetapi juga menilai level pengetahuan dan keahlian mereka ( Morgan  & saxton,1991). Jenis-jenis pemikiran murid berikut ini ( contoh pemikiran diletakkan dalam tanda kurang):
a)         Terapkan ( misalnya, suruh murid untuk memberikan contoh prinsip dari dunia nyata)
b)        Analisis ( Misalnya, suruh murid untuk membagi-bagi argumen menjadi komponen-komponen)
c)         Evaluasi ( misalnya, suruh murid untuk menilai apa hal utama yang perlu diubah dikelas)
d)        pahami (Misalnya, suruh murid untuk mengkonstruksi makna dari kejadian sejarah)
e)         Buat ( misalnya, suruh murid untuk memberikan saran alternatif untuk mengerjakan sesuatu)
c.    Penilaian pasca instruksi (penilaian sumatif)
(atau penilaian formal) adalah penilaian setelah instruksi selesai, dengan tujuan mencatat kinerja murid. Penilaian sesudh instruksi akan menghasilkan informasi tentang seberapa baiklah murid anda dalam menguasai materi, apakah murid sudah siap untuk pelajaran lanjutan, grade apa yang harus diberikan pada mereka, komentar apa yang harus diberikan kepada orang tuanya, dan bagaiamana anda harus menyesuaikan instruksi anda (McMillan, 2001).
2.    Membuat Penilaian kompatibel dengan pandangan tentang pembelajaran dan motivasi  kontemporer
Penilaian memainkan peran penting dalam usaha, kegiatan dan kinerja,. Observasi informal anda dapat memberi informasi tentang beberapa besar motivasi murid untuk mempealajari suatu mata pelajaran. Jika anda memeliki hubungan yang baik dengan murid, pertanyaan lisan langsung dari percakapan privat dapat menghasilkan pandangan yang berguna tentang motivasi murid.dalam memikirkan tentang bagaimana kaitan motivasi dengan penilaian, tanyakan kepada diri anda sendiri apakaah penilaian anda akan mendorong murid untuk lebih terlihat aktif dalam mata pelajaran dan lebih termotivasi secara intrinsik untuk mempelajari mata pelajaran tersebut.
Susan Brokkhart  (1997,20020 Mengembangkan sebuah model cara penilaian kelas bisa membantu meningkatkan motivasi. Dia berpendapat bahwa setiap lingkungan kelas merupakan tempat serangkaian penilaian yang terus berulang. Dalam setiap peristiwa penilaian, guru berkomunikasi dengan murid melalui penugasan, aktivitas, dan umpan bailk terhadap kinerja. Murid merespons berdasarkan persepsi mereka terhadap kesempatan pembelajaran tersebut dan beradasarkan pemikiran mereka tentang kemampuan mereka sendiri dalam mengerjakan tugas. Percaya bahwa pandangan tentang penilaian kelas ini menunjukkan bahwa guru seharusnya mengevaluasi murid dengan menggunakan berbagai kinerja, terutama kinerja yang bermakna bagi murid.
3.    Menciptakan sarana pembelajaran yang tepat dan jelas
Pandangan dewasa ini mengenai hubungan penilaian dengan pembelajaran dan motivasi juga berarti penilaian harus mencakup penyusunan tujuan atau target pembelajaran yang tepat dan jelas. Target pembelajaran, terdiri dari apa-apa yang harus diketahui oleh murid dan mampu dilakukan. Adalah penting untuk menyusun kriteria penilaian tentang apakah murid sudah mencapai target pembelajaran. Gambar 16.2 memberikan beberapa contoh target pembelajaran. Penyusunan target pembelajaran adalah sesuai dengan penekanan pada sasaran instruksional yang didiskusikan di Bab 12.
Murid mampu menjelaskan seberapa bervariasikah perbedaan kultur dan bagaimana kultur memengaruhi keyakinan dan kehidupan orang. Murid mampu menjawab pertanyaan komprehensif tentang perbedaan kultural dan efeknya.
Murid menunjukkan pengetahuan tentang bagian-bagian dari tanaman dengan mengisi atau menggambar diagram dari semua bagian tanaman yang dipelajari
Murid menunjukkan pemahaman mereka tentang kewarganegaraan dengan mengindentifikasi secara tepat apakah sebuah pernyataan sebuah pernyataan tentang kewarganegaraan benar atau tidak. Sejumlah besar item dipakai sebagai sampel untuk pelajaran.
Murid mampu menjelaskan mengapa konstitusi amerika itu penting dengan menulis essai yang menunjukkan apa yang akan terjadi jika konstitusi dihapus. Paper esai itu akan ditulis seacara menyeluruh, membahas alasan argumen, memaparkan pengetahuan tentang konstitusi dan organisasi kenegaraan
Murid akan menunjukkan bahwa mereka tahu perbedaan antara komponen kalimat dengan tepat. Mereka dapat dengan benar mengidentifikasi kata kerja, kata keterangan, kata sifat, dan kata benda dan kata ganti dalam sebuah kalimat yang cukup panjang.
Murid mampu melakukan hitungan perkalian dalam soal-soal matematika yang berbeda-beda. Soal matematika itu baru bagi murid, beberapa diantaranya mirip didal soal yang terdapat dalam buku ajar
Murid mampu menggunakan pengetahuan mereka tentang penambahan, pengurangan, pembagian, dan pengalian untuk memecahkan problem dalam ujian standar
Murid akan menunjukkan pemahaman mereka tentang bagaimana seni rupa memberikan ide dan perasaan dengan menunjukkan bagaimana contoh-contoh karya seni mengomunikasikan gagasan dan perasaan.

Diantara tipe-tipe target pembelajaran yang dapat anda gabungkan dalam instruksi dan penilaian anda adalah:
a)   Pengetahuan, ini melibatkan apa yang perlu diketahui murid untuk memecahakan problem dan menerapkan keahlian. Pengetahuan memberi murid kemampuan untuk menguasai pokok persoalan substantif
b)   Penalaran / pemikiran, salah satu tujuan pembelajaran adalah murid bukan hanya mendapatkan pengetahuan, akan tetapi juga mampu berfikir tentang pengetahuan.
c)    Produk, produk adalah contoh dari hasil kerja murid, essai, paper, laporan lisan, dan laporan sains merefleksikan kemampuan murid untuk menggunakan pengetahuan dan penalaran.
d)   Perasaan, target efektif ada;ah emosi, perasaan dan nilai-nilai murid. Misalnya ingat kembali diskusi kita tentang kecerdasan emosioanal di Bab 4. Dimana kita mendeskripsikan arti penting dari upaya dala membantu murid.
4.    Membuat penilaian bermutu tinggi
Tujuan penting lain kelas untuk kelas sebagai konteks penilaian adalah menghasilkan penilaian bermutu tinggi (Kubiszyn & Borich, 2000,Wright, 2001). Penilaian mencapai level mutu tinggi jika penilaian menghasilkan informasi yang reliabel, valid, dan berguna tentang kinerja murid, (carey, 2001). Penilaian bermutu tinggi juga harus adil.  Validitas dan reabilitas akan memengaruhi konsistensi dan akurasi dari inferensi atau kesimpulan guru yang diambil dari informasi penilaian muridnya.
Validitas, adalah sejauh mana penilaian mengukur apa-apa yang hendak diukur misalnya, apakah tes tentang revolusi amerika benar-benar mengukur pengetahuan murid tentang peristiwa bersejarah itu? Dalam konteks penilaian kelas, validasi juga mencakup seberapa akrat dan bergunakah inferensi guru tentang penilain tersebut.
Inferensi, adalah kesimpulan yang diambil seseorang dari informasi. Anda mungkin menyimpulkan bahwa testentang revolusi amerika telah bisa menilai dengan baik pengetahuan murid tentang revolusi amerika naun tidak bisa mengevaluasi kemampuan murid untuk berfikir kritis tentang isu-isu revolusi amerika.
Reliabel adalah nilai yang stabil , dependable, dan relatif bebas dari kesalahan pengukuran. Konsistensi tergantung pada situasi dalam pelaksanaan tes dan faktor murid yang bervariasi dari satu tes ketes lainnya. Sedangakan Reliabilitas adalah tentang penentuan seberapa konsistensikah penilaian itu mengukur hal-hal yang akan diukur. Jika guru memberi murid tes yang sama untuk pelajaran matematika pada dua kesempatan yang berbeda, namun murid mengerjakan tes secara konsisten pada kedua tes tersebut. Maka ini menunjukkn bahwa tes ini reliabel.
Keadilan,penilaian kelas yang bermutu tinggi bukan hanya valid dan reliabel, tetapi juga adil, (fair) , penilaian dikatakan fair apabila semua murid mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan menunjukkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Penilaian adalah adil jika guru membuat target pembelajaran yang tepat, memberi pelajaran dan materi yang baik untuk mencapai target tersebut, dan menggunakan penilaian yang merefleksikan target , isi materi dan instruksi. Sebuah penilaian mungki juga bersifat bias jika penilaian itu secara tidak adil atau menyinggung latar belakang seorang murid, seperti etnis, status sosial ekonomi, gender, agama, dan ketidakmampuan, dan sebagainya.
B.       UJIAN TRADISIONAL
Dalam bagian berikut ini, kita akan memberikan beberapa pedoman untuk membuat soal tes tradisional dan menyusun penilaian alternatif. Tes atau ujian tradisional biasanya ujian dengan menggunakan kertas soal dan jawaban diamana murid mengerjakan soal pilihan, meghitung, memberi jawaban pendek atau menulis esai. Bahasan terhadap tes tradisional berfokus pada dua tipe soal utama dalam penilaian. 1 Soal dengan jawaban memilih, dan 2 soal yang harus dijawab murid.
1.      Soal dengan jawaban memilih
Soal dengan jawaban pilihan menggunakan format objektif yang akan mempercepat penilaian hasil jawaban murid. Penialaian untuk jawaban yang benar dibuat dan dapat diaplikasikan oleh penguji atau dengan menggunakan komputer. Bentuk soal jenis ini yang paling lazim diapaki adalah soal benar/salah, soal pilihan ganda, dan soal mencocokkan/memasangkan pertanyaan dengan jawaban. Soal benar/salah meminta murid untuk menandai apakah sebuah pernyataan adalah benar atau salah.
           Jakarta adalah ibu kota Indonesia                  Benar  Salah
Soal ini mengandung beberapa kekurangan dan kelebihan diantaranya:
Kelebihan:
a.         Soal cocok untuk pertanyaan yang mengandung dua alternatif jawaban saja (misalnya fakta atau opini, fakta valid atau tidak valid).
b.        Tidak terlalu banyak membutuhkan kemampuan pemahaman bacaan dibandingkan soal pilihan ganda
c.         Dalam periode waktu tertentu ada relatif banyak soal yang dapat dijawab
d.        Penilainnya mudah, objektif, dan realiabel
Kekurangan:
a.         Sulit untuk menulis soal pada level pengetahuan dan pemikiran yang tinggi yang bebas dari ambiguitas
b.        Jawaban murid, meski benar tidak menunjukkan bahwa si murid tahu mana yang benar (mungkin murid menjawab untung-untungan).
c.         Tidak ada informasi diagnostik yang diberikan oleh jawaban yang salah
d.        Nilai lebih mudah dipengaruhi oleh unsur-unsur tebak-tebakan.
Soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda terdiri dari dua bagian: soal, plus satu set jawaban yang mungkin. Soal berbentuk pertanyaan atau pernyataan, dan diikuti dengan satu set jawaban yang harus dipilih yang benar. Jawaban salah disebut distractor (pengganggu). Tugas murid adalah memilih jawaban yang benar diantara beberapa jawaban pengganggu. Misalnya:
Apa ibu kota Indonesia?                        (Soal)
a.       Kuala Lumpur                                  (Distractor)
b.      Jakarta                                              (Benar)
c.       Yogyakarta                                      (Distractor)
d.      Surabaya                                          (Distractor)
Murid di bawah grade empat mungkin harus menjawab pertanyaan pada halaman soal, bukan pada lembar jawaban terpisah. Murid SD cenderung menjawab dengan lamban dan mudah bingung jika menggunakan lembar terpisah (Sax, 1997). Menggunakn lembar jawaban terpisah untuk murid yang lebih tua akan mengurangi waktu penialain karena jawabannya biasanya dapat dimasukkan dalam satu lembar saja. Kelebihan dan kekurangan soal pilihan ganda sebagai berikut:
Kelebihan
a.       Hasil yang sederhana sekaligus kompleks dapat diukur.
b.      Tugasnya sangat terstruktur dan jelas
c.       Sampel persentasi yang luas dapat diukur.
d.      Jawaban alternatif yang salah dapat memberikan informasi diagnostik
e.       Nilai tidak terlalu dipengaruhi oleh tebak-tebakan
f.       Penilaiannya mudah. Objektif dan reliabel.
Kekurangan
a.       Penyusunan soal memakan banyak waktu
b.      Sulit untuk menemukan distraktor yang masuk akal
c.       Format pilihan ganda tidak efektif untuk mengukur beberapa tipe pemecahan masalah dan kemampuan mengorganisasikan dan mengekspresikan ide
d.      Nilai dapat dipengaruhi oleh kemampuan membaca
Soal percocokan. Soal ini (matching items) banyak dipakai untuk murid muda, dimana murid harus mencocokkan satu kelompok soal secara tepat dengan satu kelompok jawaban (Hambleton, 1996). Percocokan terutama sesuai untuk menilai asosiasi atau hubungan antara dua set informasi. Dalam format soal pencocokan yang lazim, guru meletakkan satu daftar istilah pada sisi kiri halaman dan deskrispsi atau defenisi istilah itu pada sisi kanan halaman. Dalam format lainnya, disediakan ruang kosong di sebelah masing-masing istilah, tempat murid harus menuliskan angka atau huruf yang mewakili deskripsi yang benar. Saat menggunakan bentuk soal ini, batasi jumlah soal yang hendak dicocokkan menjadi tak lebih dari delapan atau sepuluh.
Format penilaian objektif lain. Ujian objektif atau jawaban pilihan lainnya dapat menggunakan bentuk audiovisual dan seperangkat problem (Hambleton, 1996).
Format auduovisual. Memudahkan kita untuk membuat dan menunjukkan slide dan rekaman vidio. Murid diberi problem dalam bentuk audiovisual dan diminta membuat keputusan tentang apa yabg akan terjadi atau bagaimana memecahkan problem. Murid memilih jawaban dari satu set opsi, seperti dalam pilihan ganda bentuk tulisan. Keuntungan utama dari format audiovisual adalah format ini dapat menggambarkan dunia riil dan dapat dipakai untuk mengevaluasi keahlian kognitif yang lebih tinggi. Kekurangan utamanya adalah memakan banyak biaya dan waktu.
Seperangkat problem (problem set) adalah menyajikan dua atau lebih pilihan ganda atau jawaban pendek-objeltif yang mengacu pada satu stimulasi, seperti ilustrasi, grafik, atau pesan. Misalnya, untuk pelajaran matematika, sebuah grafik ditampilkan bersama dengan serangkaian soal pilihan ganda. Dalam studi sosial atau sejarah, peta dapat menjadi stimulus untuk setengah lusin soal. Beberapa murid mengatakan bahwa format problem ini tampak lebih realistis ketimbang soal yang independen dan diskret.
2.      Soal yang harus dijawab murid
Soal yang harus dijawab mensyaratkan agar murid menuliskan informasi bukan memilih jawaban dari menu. Jawaban singkat dan soal essai adalah bentuk paling lazim dari soal jawaban. Dalam penelitian, banyak soal yang harus dijawab murid ini membutuhkan penilaian sipihak penguji.
Soal dengan jawaban pendek. Soal dengan jawaban pendek adalah format soal jawab dimana murid diminta untuk menulis jawaban dalam dalam kalimat pendek, misalnya: ada pertanyaan ‘Siapa penemu penisilin?’.
Soal essai mensyaratkan murid untuk menulis mulai dari beberapa kalimat sampai banyak kalimat untuk menjawab pertanyaan. Saran untuk menulis soal essai yang baik antara lain (Sax, 1997):
a.    Spesifikasikan batasan. Beritahu murid tentang batas panjang jawaban dan bobot nilai untuk masing-masing soal essai.
b.    Susun soal dengan baik dan jelaskan tugasnya.
c.    Ajukan pertanyaan secara langsung. Jangan berbelit-belit.
Kelebihan soal essai
a.       Level tertinggi dari hasil pembelajaran (analisis, sintesis, evaluasi) dapat diukur.
b.      Integtasi dan aplikasi ide dapat ditekannkan.
c.       Waktu persiapan biasanya lebih sedikit ketimbang format soal tipe pilihan
 Kekurangan soal essai
a.       Prestasi tidak bias dibuat sampel secara memadai karena dibutuhkan waktu utuk menjawab masing-masing pertanyaan.
b.      Sulit untuk menghubungkan jawaban essai dengan hasil pembelajaran yang diharapkan karena adanya kebebasan untuk memilih, menata, dan mengespresikan gagasan-gagasan.
c.       Nilai bias naik lantaran keahlian penulisan atau keindahan tulisan, dan bias turun karena tulisan tangan yang buruk, salah ejaan, dan kesalahan tata bahasa.
d.      Penilaian memakan banyak waktu, bersifat subjektif, dan mungkin tidak reliable.
C.      PENILAIAN ALTERNATIF
1.         Tren dalam Penilaian Alternatif
Salah satu tren terbaru adalah menyuruh murid untuk memecahkan beberapa tipe problem autentik atau menyelesaikan suatu proyek atau mendeminstrasikan beberapa keahlian di luar konteks ujian essai (Montgomery, 2001). Tren lainnya adalah menyuruh murid untuk membuat portopolio pembelajaran untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari (Berrryman dan Russell, 2001).
Penilaian alternative menawarkan kepada murid lebih banyak pilihan ketimbang ujian tradisional atau ujian essai. Misalnya dalam pelajaran kisah misteri, murid bida memilih menulis laporan tentang pengarang atau cerita misteri, menulis sendiri cerita misteri, membuat buku misteri untuk anak, atau mewawancarai penyelidik setempat.
2.         Penilaian Berbasis Kinerja
Penilaian kinerja mencakup apa-apa yang umumnya dianggap sebagai kinerja actual murid (seperti dalam bidang tari, musik, dan pendidikan fisik/olahraga), dan juga papper essai, proyek presentasi oral, eksperimen, dan fortopolio.
Ciri-ciri penilaian berbasis kinerja. Penilaian berbasis kinerja mencakup penekanan pada “melakukan” aktivitsa terbuka diamana tidak ada jawaban yang benar dan objektif dan penilaian ini bias menilai pemikiran level tinggi. Penilaian kinerja terkadang juga realistis. Evalusai kinerja kerap menggunakan metode evalusi langsung, penialain diri, penialain kinerja kelompok, dan individual, serta lebih banyak memakan waktu (Hambleton, 1996).
Pedoman untuk penilaian berbasis kinerja. Pedoman penggunaan penialain berbasis kinerja  mencakup empat isu umum diantaranya (Airaisan, 2001)
a.    Mentukan tujuan yang jelas
b.    Mengidentifikasi criteria yang dapat diamati
c.    Member setting yang tepat
d.   Menilai kinerja
Kriteria kinerja. Adalah perilaku spesifik yang harus dilakukan murid secara efektif sebagai bagian dari penilaian. Kriteria penialain akan membantu guru melampaui ekspresi umum (seperti “kerjakan persentasi lisan” atau “Selesaikan sebuah proyek sains”) dalam menentukan apa-apa yang perlu dilakukan murid. Criteria kinerja membantu Anda membuat observasi Anda lebih sistematis dan focus. Sebagai pedoman, kriteria ini mengarahkan observasi Anda. Tanpa Kriteria observasi Anda bias jadi tidak sistematis dan tidak beraturan. Kemunikasikan kriteria kinerja ini  murid pada awal instruksi agar murid tahu focus dari pembelajaran.
3.         Penilaian Portopolio
Minat terhadap portopolio meningkat dramatis di tahun-tahun belakangan ini. Penilaian portopolio amat berbeda dari penilaian pembelajaran tradisional.
Sebuah portopolio terdiri dari sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan terorganisir, yang menunjukkan keahlian dan prestasi murid. Sebuah fortopolio adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna untuk member taahu kita tentang kemajuan dan prestasi siswa (Minzes, Wandersee dan Novak, 2001).
TES TRADISIONAL
PORTOPOLIO
1.        Memisahkan pembelajaran, testing, dan pengajaran.
2.        Tidak menilai dampak pengetahuan sebelumnya terhadap pembelajaran karena hanya menggunakan soal yang terisolasi dan kurang familiar
3.        Mengandalkan materi yang membutuhkan informasi material.
4.        Melarang kolaborasi atau kerja sama selama proses penilaian.
5.        Sering memperlakukan keahlian dalam konteks terpisah dalam rangka menentukan prestasi untuk tujuan pelaporan.
6.        Menilai murid pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan murid di kelas.
7.        Menilai siswa dalam yang telah situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan
8.        Hanya menilai prestasi
9.        Jarang member sarana untuk menilai kemampuan murid memonitor pembelajaran mereka sendiri.
10.    Jarang memasukkan soal-soal yang menilai respons emosional terhadap pembelajaran
1.     Mengaitkan penilaian dan pengajaran dengan pembelajaran.
2.     Mempertimbangkan arti penting dari pengetahuan murid sebelumnya sebagai determinan kritis bagi pembelajaran dengan menggunkan aktivitas penilaian autentik.
3.     Member kesempatan untuk menunjukkan pemikiran inferensial dan kritis yang esensial untuk mengkinstruksi makna.
4.     Mempresentasikan pendekatan kolaboratif terhadap penilaian yang melibatkan murid dan guru
5.     Menggunakan banyak aktivitas sembari menyadari bahwa pembelajaran membutuhkan integrasi dan koordinasi kaehlian komunikasi.
6.     Merepresentasikan beragam aktivitas instruksional yang dilakukan murid di kelas
7.     Dapat mengukur kemampuan murid untuk bekerja dalam situasi yang tak terduga
8.     Mengukur setiap prestasi murid dengan memperhatikan perbedaan individual
9.     Memperhatikan peningkatan, upaya, dan prestasi
10. Mengimplementasikan penilaian diri dengan menyuruh murid memantau pembelajaran mereka sendiri
11. Melibatkan murid dalam penilaian kemajuan mereka dan/prestasi mereka dan menentukan tujuan pembelajaran mereka sendiri
12. Member kesempatan untuk merefleksikan perasaan tentang pembelajaran.
 
D.      GRADING DAN PELAPORAN KINERJA
Grading (pemberian nilai) berarti menerjemahkan informasi penilaian deskriptif ke dalam angka atau symbol lain yang menunjukkan kualitas dari pembelajaran atau kinerja murid.
Tujuan Grading. Mengandung empat tujuan dasar:
1.    Admimistratif. Nilai atau grade membantu menentukan rangking kelas murid, kredit untuk kelulusan, dan apakah murid bias naik kelas selanjutnya atau tidak.
2.    Informational. Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang tua, dan pihak lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid.
3.    Motivasional. Membantu murid agar termotivasi secara instrinsik. Banyak murid belajar keras karena mereka termotivasi secara instrinsik yakni ingin mendapat nilai tinggi daan takut nilai rendah.
4.    Pedoman. Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus dan level tugas yang tepat bagi murid. Nilai member informasi tentang murid mana yang butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang tepat bagi murid.
Komponen system grading:
1.    Standar perbandingan. Kinerja murid bias diberi nilai dengan membandingkan dengan kinerja murid lain atau dengan standar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya.
2.    Grading berdasarkan pada norma. Adalah system grading berdasarkan perbandingan kinerja murid dengan murid lainnya dalam kelas atau kelas lainnya.
3.    Membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditentukan. Murid mendapat nilai tertentu
Komponen Grading
Standar perbandingan :
1.    Membandingkan kinerja antar murid. Grading berdasarkan pada norma adalah system grading berdasarkan perbandingan kinerja murid dengan murid lainnya dalam kelas atau kelas lainnya.
2.    Membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditentukan. Grading berdasarkan kriteria berarti murid mendapat nilai tertentu untuk level kinerja tertentu,terlepas dari nilai perbandingan dengan hasil murid lainnya. Grading berbasis standar adalah perkembangan terbaru dari grading berbasis kriteria. Grading ini didasarkan pada standar yang harus dicapai murid.
3.    Mempertimbangan jenis-jenis bukti yang berbeda. Guru perlu menentukan bobot dari komponen nilai murid. Melaporkan kemajuan dari nilai murid ke oangtua. Nilai adalah metode paling umum untuk memberi informasi kepada orangtua tentang kinerja dan kemajuan anaknya dikelas.
4.    Kartu laporan. Kartu laporan adalah metode standar pelaporan kemajuan dan nilai muridke orangtuanya.
5.    Laporan kemajuan tertulis. Laporan tertulis ini dapat memuat kinerja murid pada ujian dan ulangan, proyek, laporan lisan, dan sebagainya.
6.    Konfrensi orantua guru.konfrensi orangtua guru adalah cara lain untuk mengkomiunikasikan informasi tentang nilai dan penilaian. Konfrensi juga memberi peluang untuk memberi informasi yang berguna bagi orangtua tentang bagaimana mereka bisa menjadi mitra dalam membantu anak mereka belajar lebih efektif.
Membandingkan Kinerja dengan Standar yang telah Ditentukan.
Grading  berdasarkan kriteria berarti siswa mendapat nilai tertentu untuk level kinerja tertentu, terlepas dari perbandingan dengan hasil siswa lainnya. Terkadang grading berdasar kriteria ini dinamakan obsolute grading. Biasanya, grading jenis ini didasrkan pada proporsi point yang diraih pada ujian atau pada level penguasaan yang dicapai dalam keahlian kinerja, seperti keahlian memberi presentasi oral dan memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan.
Standar Perbandingan. Kinerja murid bisa diberi nilai dengan membandingkannya dengan kinerja murid lain atau dengan satndar kinerja yang telah ditentukan sebelumnya.
Grading berbasis standar adalah perkembangan terbaru dari grading berbasis kriteria. Grading didasarkan pada standar yang harus dicapai siswa.
Mempertimbangkan Jenis-Jenis bukti yang berbeda. Anda perlu menentukan bobot dari komponen nilai murid. Misalnya, guru mengkin menggunakan sistem pertimbangan sperti ini:
Tes Utama (2)                         20%
Ujian Akhir                              25%
Ulangan                                  20%
PR                                         5%
Laporan Oral                          10%
Proyek                                   20%
E.       KOMPUTER DAN PENILAIAN
Komputer apapun jenisnya baik Personal Komputer, Laptop, Netbook, Notebook, maupun tipe lain memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Dengan perbedaan spesifikasi tersebut sudah pasti berpengaruh terhadap performa atau kemampuan komputer itu sendiri dalam pemrosesan ataupun kinerjanya. Komputer dengan spesifikasi tinggi tentu mampu bekerja lebih ekstra. Dengan spesifikasi tinggi pula yang mampu menjalankan software, aplikasi, dan game yang berat dan membutuhkan pemrosesan data yang cepat.
Pengguna hendaknya mengerti dan paham terhadap komputer yang dimiliki serta digunakannya termasuk spesifikasi dan kemampuan komputer tersebut. Manfaatnya adalah agar pengguna bisa menggunakan dan mengoptimalkan komputer yang dimiliki atau digunakannya sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pengguna. Hal ini seperti saling mengerti antara komputer dengan manusia sebagai penggunanya. Penyesuaian ini dapat membuat komputer bekerja sesua kemampuan dan kebutuhan pengguna, tidak Over Worked, serta tidak menyia-nyiakan spesifikasi komputer.
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru (yang dilakukan melalui suatu langkah-langkah) yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan, yang dikumpulkan melalui prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.
Menggunakan computer untuk penilaian
1.         komputer bisa dipakai untuk menyusun, mencetak, mengelola dan menilai tes menjadi media untuk portofolio dan menyimpan catatan murid.
2.         Walaupun data penilaian dapat dianalisis dengan computer, computer itu sendiri dalam analisisnya tidak mampu menggunakan akal sehat, intuisi, dan penilaian akal sehat.
3.         Keputusan akan penilain dengan computer masih didasarkan pada interpretasi dan penilaian guru, sebagaimana halnya pengukuran tanpa komputer.
Menyusun, mencetak, mengelola, dan menilai ujian
1.         Computer dapat membantu penyusunan tes melalui banking (kumpulan) soal dengan menyimpan file soal yang dapat diambil untuk menyiapkan tes dan biasanya soal dikodekan dalam area subjek atau mata pelajaran, level intruksional, dan tingkat kesulitan soal.
2.         Komputer dapat dipakai untuk mencetak soal dari bank soal.
3.         Komputer bisa dipakai langsung dalam administrasi ujian.
4.         Penilaian computer dapat menghemat waktu dalam proses penilaian.
Portofolio Elektronik
1.         Istilah portofolio elektronik dan portfolio berbasis computer dipakai untuk mendiskripsikan hasil tugas portfolio yang disimpan dalam format elektronik.
2.         Simpanan itu bisa berupa teks, grafik, suara da video
3.         Sebuah portofolio berbasis computer akan memudahkan pemindahan informasi dari guru keguru lain atau dari sekolah kesekolah lain.
4.         Telah tersedia beberapa program portofolio elektronik dan yang paling bayak dipakai adalah Aurbach’s Grady Profile, dimana baik itu guru maupun murid dapat memasukkan contoh hasil karya. Program ini juga dapat memuat contoh tulisan, nilai tes standar, keahlian komunikasi oral dan penilaian matematika.
5.         Program nilai seperti Hyper-Studio oleh Roger Wagner (1993) dan file maker pro oleh cloris) memudahkan guru untuk membuat template bagi penilaian portofolio mereka.
Pencatatan
1.         Dulu, pencatatan atau penyimanan catatan adalah beban bagi banyak guru, sementara informasi nilai merupakan kegiatan yang membutuhkan banyak pencatatan.
2.         Sekarang, beban tersebut sudah dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi computer.


SEMOGA BERMANFAAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar