TOPIK : MANAJEMEN
KEBIDANAN
SUB TOPIK :
1.
KONSEP
MANAJEMEN KEBIDANAN
2.
PRINSIP
MANAJEMEN KEBIDANAN
3.
PROSES
MANAJEMEN KEBIDANAN
4.
KETERKAITAN
MANAJEMEN KEBIDANAN DENGAN ASUHAN KEBIDANAN DAN PENDOKUMENTASIAN SOAP
Objektif
perilaku siswa
Setelah
mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Konsep manajemen kebidanan
2.
Prinsip
manajemen kebidanan
3.
Proses
manajemen kebidanan
4.
keterkaitan
manajemen kebidanan dengan asuhan kebidanan dan pendokumentasian SOAP
PENDAHULUAN
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney’s
Midwifery, edisi ketiga tahun 1997; menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari 7 langkah yang berurut secara sistemetis dan
siklik.
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan.
Menurut buku 50 tahun IBI, 2007, manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang dilakukan bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menurut DEPKES RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode
pendejatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan msyarakat.
Menurut Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada
klien.
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN
Seorang Bidan
harus bisa membedakan antara beberapa pengertian berikut:
1. Manajemen Kebidanan, adalah pendekatan yang dilakukan bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,
analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
(IKATAN BIDAN INDONESIA, 2007).
2. Asuhan kebidanan, adalah penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada
klien yang mempunyai kebutuhan/masalah di bidang kesehatan ibu pada masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
3. Pendokumentasian kebidanan, Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang memberi
bukti dan kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.
Penyampaian berita/informasi/laporan tentang kesehatan/perkembangan pasien
dilakukan dengan dua cara yaitu pencatatan dan pelaporan.
4. Praktik kebidanan, adalah penerapan ilmu kebidanan
dalam memberikan pelayanan/asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
5. Pelayanan kebidanan, adalah seluruh tugas yang
menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan
yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
kesehatan keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera. Pelayanan kebidanan dibedakan menjadi:
a. Layanan kebidanan primer, adalah pelayanan bidan
yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan.
b. Layanan kebidanan kolaborasi, adalah layanan yang
diberikan bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan
atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
c. Layanan kebidanan rujukan, adalah layanan yang
dilakukan bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan lebih tinggi atau
sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan bidan sewaktu menerima rujukan dari
dukun bersalin, atau layanan rujukan secara horisontal maupun vertikal ke
profesi kesehatan lain untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.
Dalam menerapkan manajemen kebidanan, seorang
bidan harus lebih kritis dalam mengantisipasi diagnosis atau masalah yang
mungkin muncul. Terkadang, bidan juga harus harus segera bertindak untuk menyelesaikan
masalah terntu atau mungkin melakukan kolaborasi, konsultasi, bahkan merujuk
kliennya, Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7
langkah. Ia menambahkan langkah III agar bidan lebih kritis mengantisispasi
masalah yang mungkin akan dialami klien.
PRINSIP MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT ACNM (AMARICAN COLLEGE OF NURSE MIDWIFE)TAHUN
1999
Proses manajemen
kebidanan, berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife 1999 adalah sebagai berikut:
1. Secara sistematis mengumpulakan dan memperbaharui
data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif
tentang kondisi kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik.
2. Mengindentifikasi masalah dan membuat diagnosis
berdasarkan interpretasi data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan akan layanan kesehatan
dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan layanan tujuan layanan
kesehatan bersama klien.
4. Memberi informasi dan dukungan sehingga klien
dapat mengambil keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehtannnya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama
klien.
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap
implementasi rencana individual, melakukan konsultasi perencanaan, dan
melaksankan manajemen dengan kolaborasi, serta merujuk klien untuk mendapatkan
asuhan yang selanjutnya.
7. Merencanakan manajemen untuk komplikasi tertentu,
situasi darurat, dan jika ada penyimpangan dari keadaan normal.
8. Melakukan evaluasi bersama kilen tentang
pencapaian layanan kesehatan dan merivisi rencana asuhan sesuai dengan
kebutuhan.
PROSES MANAJEMEN
KEBIDANAN
Langkah-langkah asuhan kebidanan:
1. Pengkajian data asuhan kebidanan
Dalam tahap ini
data atau fakta dikumpulkan adalah data subjek dan data objektif dari pasien.
Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum
didokumentasikan.
a. Data Subjektif, informasi yang dicatat mencakup
identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien/kilen (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan dan kesehatan
(allo anamnesis).
b. Data Objektif, penunjang; hasil laboratorium
seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan beratnya
masalah. Data yang telah dikumpul diolah, dengan kebutuhan pasien kemudian
dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu
dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data
adalah untuk menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah
diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
2. Penentuan diagnosis kebidanan
Setelah
menentukan masalah dan masalah utama selanjutnya bidan memutuskan dalam suatu
pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, pemyebab, dan prediksi terhadap
kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan
prognosis hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan
oleh bidan yang disebut dengan diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis
kebidanan, pengetahuan keprofesian sangat diperlukan. Penentuan diagnosisi
bidan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kondisi pasien terkait dengan masalahnya
b. Masalah utama dan penyebab utama terhadap resiko
c. Masalah potensial
d. Prognosisi, tiga jenis pedoman dalam mencatat
diagnosis kebidanan adalah sebagai berikut:
1)
Diagnosisi
kebidanan yang sama dengan diagnosis medis seperti anemia ibu hamil, retensio
plasenta, plasenta previa, dll.
2) Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang
ditemukan dengan didukung oleh data subjektif dan objektif seperti cemas,
potensial atonia uteri, dll.
3) Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat
itu misalnya penyuluhan gizi pada ibu hamil.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosis
yang ditegakkan bidan dalam mencatat rencana kegiatannya, maka rencana kegiatan
mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan bidan dalam melakukan
intervensi dalam rangka memecahkan masalah termasuk rencana evaluasi.
Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah penulisan rencana kegiatan adalah
sebagai berikut:
a. Mencatat tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Mengemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai
dalam tujuan tersebut.
c. Mencaatat langkah-langkah tindakan mencakup
kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kegiatan kolaborasi ataupun rujukan
sesuai dengan tujuan masing-masing yang telah ditentukan.
d. Mencatat kriteria evaluasi dan keberhasilan dalam
rencana kegiatan juga dicatat kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan.
Kriteria evaluasi dan hasil tindakan perlu dicatat untuk mengukur kebarhasilan
dari pelaksanaan asuhan yang dilakukan. Bila kegiatan asuhan mengikuti kriteria
dan mencapai hasil yang telah ditetapkan, maka masalah telah dapat diatasi dan
apabila terjadi kesenjangan atau ketidaksesuaian, maka bidan harus kembali ke
langkah pertama.
4. Pelaksanaan
Dalam melaksankan
rencana asuhan kebidanan, bidan harus bertindak sesuai rencana yang sudah
ditentukan. Pencatatan dalam pelaksaan juga termasuk penanganan kasus-kasus
yang memerlukan tindakan diluar wewenang bidan sehingga perlu dilakukan
tindakan kolaborasi atau rujukan. Selain itu, pengawasan dan monitor kemajuan
kesehatan pasien juga perlu dicatat.
5. Evaluasi
Dalam kegiatan
evaluasi yang perlu dlaksanakan adalah mencatat proses manajemen kebidanan.
Evaluasi diperoleh dari tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan
langkah-langkah manajemen lainnya. Hasil evaluasi dapat dijadikan identifikasi
atau analisis masalah selanjutnya bila diperlukan.
Dalam prakteknya langkah-langkah asuhan kebidanan
tersebut ditulis dengan menggunakan SOAP, sebagaimana contoh tersebut:
LANGKAH-LANGKAH
|
PENERAPAN DALAM METODE DOKUMENTASI
|
||
7 LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN
|
5 LANGKAH ASUHAN KEBIDANAN
|
||
LANGKAH I
|
LANGKAH I
|
S DAN O
|
S DAN O
|
LANGKAH II
|
LANGKAH II
|
A
|
A
|
LANGKAH III
|
|||
LANGKAH IV
|
|||
LANGKAH V
|
LANGKAH III
|
P
|
P
|
LANGKAH VI
|
LANGKAH IV
|
I
|
|
LANGKAH VII
|
LANGKAH V
|
E
|
Langkah-langkah manajemen
kebidanan menurut Varney (1997), yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dasar
2. Interpretasi data dasar
3. Identifikasi diagnosis atau masalah
potensial
4. Identifikasi dan penetapan kebutuhan
yang memerlukan penaganan segera
5. Perencaan asuhan secara menyeluruh
6. Pelaksanaan perencanaan
7. Evaluasi
NO.
|
LANGKAH-LANGKAH
MANAJEMEN KEBIDANAN
|
PENJELASANNYA
|
1
|
Pengumpulan
data dasar
|
1. Kumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Jika pasien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan ke dokter dalam manajemen kolaborasi
bidan akan memerlukan konsultasi.
|
2
|
Interpretasi
data dasar
|
1. Identifikasi diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap pasien. Misalnya:
a. Wanita pada trimester ke-3 merasa
takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Persaan tajut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar
diagnosis, tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan perencanaan untuk menangainya.
b. Wanita post partum yang mengalami rasa
nyeri pada daerah perineum setelah dilakukan episiotomi dan dilakukan
penjahitan pada luka tersebut. Perasaan nyeri tidak termasuk dalam kategori
nomenklatur diagnosis, tetapi ini merupakan masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa nyeri pada perineum.
2.
|
3
|
Identifikasi
diagnosis atau masalah potensial
|
1. Mengidentifikasi diagnosis atau
masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau
diagnosis yang sudah diidentifikasi
|
4
|
Identifikasi
dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penaganan segera
|
1. Bidan atau dokter mengidentifikasi
perlunya tindakan segera dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi kesehtan klien.
|
5
|
Perencaan
asuhan secara menyeluruh
|
1. Direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya secra rasional.
2. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajeman terhadap diagnosisi atau masalah yang telaah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi sebagai kerangka pedoman antisipasi langkah apa yang akan
terjadi pada wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan atau konseling,
merujuk pasien jika ada masalah yang berkaitaan dengan sosial-ekonomi,
kultur, dan psikologis.
|
6
|
Pelaksanaan
perencanaan
|
1. Rencana asuhan yang menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksankan secara efisien dan aman.
Perencanaan dapat dilakukan seluruhnya tau sebagian oleh bidan dan oleh
pasien atau anggota tim kesehatan lainnya.
2. Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan
|
7
|
Evaluasi
|
1. Dilakukan evaluasi terhadap
keefektifan asuhan yang sudah diberikan mencakup pemenuhan kebutuhan. Proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum sehingga perlu mengulang
kembali adari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi proses rencana asuhan tersebut.
2. Langkah-langkah manajemen pada umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen berlangsung
dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir bargantung pada pasien.
|
Dibawah
ini daftar nomenklaktur diagnosis kebidanan
NO
|
DIAGNOSIS NOMENKLAKTUR
|
NO
|
DIAGNOSIS NOMENKLATUR
|
1
|
Kehamilan
normal
|
36
|
Infertio
uteri
|
2
|
Partus
normal
|
37
|
Bayi
besar
|
3
|
Syok
|
38
|
Malaria
berat dengan komplikasi
|
4
|
Denyut
Jantung Janin tidak normal
|
39
|
Malaria
ringan tanpa komplikasi
|
5
|
Abortus
|
40
|
Mekonium
|
6
|
Solusio
plasenta
|
41
|
Meningitis
|
7
|
Akut
pielo nefritis
|
42
|
Metritis
|
8
|
Amnionitis
|
43
|
Migren
|
9
|
Anemia
ringan/berat
|
44
|
kehamilan
mola
|
10
|
Apendisitis
|
45
|
Kehamilan
ganda
|
11
|
Atonia
uteri
|
46
|
Pertus
macet
|
12
|
Post
partum normal
|
47
|
Posisi
oksiput posterior
|
13
|
Infeksi
mamae
|
48
|
Posisi
oksiput melintang
|
14
|
Pembengkakn
mamae
|
49
|
Kista
ovarium
|
15
|
Presentasi
bokong
|
50
|
Abses
pelvik
|
16
|
Asma
bronkhiale
|
51
|
Peritonitis
|
17
|
Presentasi
dagu
|
52
|
Plasenta
previa
|
18
|
Disproporsi
sevalopelvik
|
53
|
Pnemonia
|
19
|
Hipertensi
kronik
|
54
|
Preeklampsia
berat atau ringan
|
20
|
Koagulupati
|
55
|
Hipertensi
karena kehamilan
|
21
|
Presentasi
ganda
|
56
|
Ketuban
pecah dini
|
22
|
Cystitis
|
57
|
Partus
prematuritas
|
23
|
Eklampsia
|
58
|
Prolapsus
talipusat
|
24
|
Kehamilan
ektopik
|
59
|
Partus
fase laten lama
|
25
|
Ensefalitis
|
60
|
Partus
kala II lama
|
26
|
Epilepsi
|
61
|
Retensio
plasenta
|
27
|
Hidramnion
|
62
|
Retensio
sisa plasenta
|
28
|
Presentasi
muka
|
63
|
Ruptura
uteri
|
29
|
Persalinan
semu
|
64
|
Bekas
luka uteri
|
30
|
Kematian
janin
|
65
|
Presentasi
bahu
|
31
|
Hemoragik
antepartum
|
66
|
Distosia
bahu
|
32
|
Hemoragik
postpartum
|
67
|
Robekan
serviks dan vagina
|
33
|
Gagal
jantung
|
68
|
Tetanus
|
34
|
Inersia
uteri
|
69
|
Letak
lintang
|
35
|
Infeksi
luka
|
Sumber:
WHO-UNFPA, 2000
Contoh masalah kebidanan antara
lain:
1. Ibu kurang informasi
2. Ibu tidak pernah ANC
3. Merasa nyeri pada luka episiotomi, luka
pasca sectio cesarea
4. Keluhan mulas yang mengganggu rasa
nyaman
5. Merasa sakit pada payudara yang bengkak
6. Merasa tajut atau cemas menghadapi
persalianan
7. Merasa pusing, mual, dan muntah pada
kehamilan muda
8. Merasa pusing karena hipertensi,
hipotensi, dan atau perdarahan,
9. Perut merasa berat pada kehamilan
sungsang
10. Merasa nyeri pada infeksi luka
Contoh diagnosis potensial antara lain:
1. Anemia ringan potensial ke anemia berat
2. Perdarahan potensial ke hipotensi
potensial ke syok
3. Preeklampsia ringan potensial ke
preeklampsia berat atau potensial ke eklampsia
4. Luak episiotomi, luka pasca SC potensial
ke infeksi
5. Sisa plasenta potensial ke infeksi atau
potensial ke perdarahan
6. Distosia bahu potensial ke persalinan
macet
7. Letak sungsang potensial ke persalinan
macet
8. Bayi besar potensial ke persalinan macet
9. Kehamilan dengan anemia ringan/berat
potensial ke infeksi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), partus prematur, abortus
10. BBLR potensial ke hipotermi, infeksi,
asfiksia
11. Ketuban Pecah Dini (KPD) potensial ke infeksi
dan asfiksia/gawat janin
12. Air ketuban bercampur mekonium potensial
ke infeksi dan asfiksia
13. Partus lama potensial terjadi asfiksia,
infeksi, atonia uteri
14. Hipertensi pada kehamilan potensial ke
Preeklampsia ringan potensial ke preeklampsia berat atau potensial ke eklampsia
15. Abortus provokatus potensial ke infeksi,
perdarahan
16. Abortus imminens potensial ke abortus
inkomplit, komplit
SUMBER PUSTAKA
1.
Muslihatun.
2008. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
2.
Varney,
H. 1997. Varney’s Midwifery. Philadelpia: Davis Compani
3.
Lawinto.
2000. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Carolus.
4.
Soepardan,
Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC.
5.
Handajani,
Sutjiati Dwi. 2010. Manajemen Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
6.
Saminem.
2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar