MANAJEMEN KEBIDANAN
TOPIK : PRINSIP MANAJEMEN
KEBIDANAN DENGAN PENDEKATAN SOAP
SUB TOPIK :
1.
STANDAR
ASUHAN KEBIDANAN
2.
PRINSIP
MANAJEMEN KEBIDANAN
3.
PROSES
MANAJEMEN KEBIDANAN
Objektif
perilaku siswa
Setelah
mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Konsep manajemen kebidanan
2.
Prinsip
manajemen kebidanan
3.
Proses
manajemen kebidanan
4.
keterkaitan
manajemen kebidanan dengan asuhan kebidanan dan pendokumentasian SOAP
PENDAHULUAN
Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas,
singkat, dan logis dalam suatu metode pendokumentasian. Menurut Varney alur
berfikir bidan saat merawat klien meliputi 7 langkah. Agar orang lain
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan melalui proses berfikir yang
sistematis, maka dilakukanlah dokumentasi berupa pencatatan dan pelaporan dalam
bentuk metode pendokuemtasian SOAP.
PRINSIP PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN
DENGAN METODE SOAP
Pendokumentasian yang
benar adalah pendokumentasian mengenai asuah yang telah dan akan dilakukan pada
seorang pasien. Didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam
menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang metode
pendokuentasian SOAP kita perlu mengingat kembali perbedaan antara manajemen
kebidan dengan dokuemtasi kebidanan.
Manajemen kebidanan menurut Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Sedangkan menurut Thomas (1994
cit, Mufdillah, dkk, 2001). Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara
tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan
respon pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan
dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP adalah S (data SUBJEK), O (data OBJEK), A
(ANALISIS atau ASSESSMENT), dan P (PLANNING).
SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan
singkat, prinsip metode dokumentasi SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan. Penjelasan tentang SOAP dapat dilihat pada
tabel berikut:
S
|
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
yang menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui anamnesa. Data subjek ini berhubungan dengan masalah
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya
yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis. Data subjek ini nantinya akan menguatkan diagnosis
yang akan disusun.
Pada pasien yang bisu dibagian data di belakang
huruf “S” diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa
pasien adalah penderita tuna wicara.
|
O
|
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain (USG, sinar X, CTG,
dll).
Catatan medik atau informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
|
A
|
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam
pendokumentasian manajemen kebidanan karena keadaan pasien setiap saat
mengalami perubahan dan ditemukan informasi baru dalam data subjektif dan
objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinais. Hal ini
juga menuntut bidan untuk sering melakukan
|
P
|
|
KETERKAITAN MANAJEMEN KEBIDANAN DENGAN METODE
PENDOKUMENTASIAN SOAP (SUMBER DEPKES RI, 2003)
Proses manajemen
kebidanan, berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife 1999 adalah sebagai berikut:
1. Secara sistematis mengumpulakan dan memperbaharui
data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif
tentang kondisi kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik.
2. Mengindentifikasi masalah dan membuat diagnosis
berdasarkan interpretasi data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan akan layanan kesehatan
dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan layanan tujuan layanan
kesehatan bersama klien.
4. Memberi informasi dan dukungan sehingga klien
dapat mengambil keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehtannnya.
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama
klien.
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap
implementasi rencana individual, melakukan konsultasi perencanaan, dan
melaksankan manajemen dengan kolaborasi, serta merujuk klien untuk mendapatkan
asuhan yang selanjutnya.
7. Merencanakan manajemen untuk komplikasi tertentu,
situasi darurat, dan jika ada penyimpangan dari keadaan normal.
8. Melakukan evaluasi bersama kilen tentang
pencapaian layanan kesehatan dan merivisi rencana asuhan sesuai dengan
kebutuhan.
PROSES MANAJEMEN
KEBIDANAN
Langkah-langkah asuhan kebidanan:
1. Pengkajian data asuhan kebidanan
Dalam tahap ini
data atau fakta dikumpulkan adalah data subjek dan data objektif dari pasien.
Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum
didokumentasikan.
a. Data Subjektif, informasi yang dicatat mencakup
identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien/kilen (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan dan kesehatan
(allo anamnesis).
b. Data Objektif, penunjang; hasil laboratorium
seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan beratnya
masalah. Data yang telah dikumpul diolah, dengan kebutuhan pasien kemudian
dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan
yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah
untuk menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah
dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
2. Penentuan diagnosis kebidanan
Setelah
menentukan masalah dan masalah utama selanjutnya bidan memutuskan dalam suatu
pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, pemyebab, dan prediksi terhadap
kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan
prognosis hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan
oleh bidan yang disebut dengan diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis
kebidanan, pengetahuan keprofesian sangat diperlukan. Penentuan diagnosisi
bidan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Kondisi pasien terkait dengan masalahnya
b. Masalah utama dan penyebab utama terhadap resiko
c. Masalah potensial
d. Prognosisi, tiga jenis pedoman dalam mencatat
diagnosis kebidanan adalah sebagai berikut:
1)
Diagnosisi
kebidanan yang sama dengan diagnosis medis seperti anemia ibu hamil, retensio
plasenta, plasenta previa, dll.
2) Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang
ditemukan dengan didukung oleh data subjektif dan objektif seperti cemas,
potensial atonia uteri, dll.
3) Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat
itu misalnya penyuluhan gizi pada ibu hamil.
3. Perencanaan
Berdasarkan
diagnosis yang ditegakkan bidan dalam mencatat rencana kegiatannya, maka
rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan bidan
dalam melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah termasuk rencana
evaluasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah penulisan rencana kegiatan
adalah sebagai berikut:
a. Mencatat tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Mengemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai
dalam tujuan tersebut.
c. Mencaatat langkah-langkah tindakan mencakup
kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kegiatan kolaborasi ataupun rujukan
sesuai dengan tujuan masing-masing yang telah ditentukan.
d. Mencatat kriteria evaluasi dan keberhasilan dalam
rencana kegiatan juga dicatat kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan.
Kriteria evaluasi dan hasil tindakan perlu dicatat untuk mengukur kebarhasilan
dari pelaksanaan asuhan yang dilakukan. Bila kegiatan asuhan mengikuti kriteria
dan mencapai hasil yang telah ditetapkan, maka masalah telah dapat diatasi dan
apabila terjadi kesenjangan atau ketidaksesuaian, maka bidan harus kembali ke
langkah pertama.
4. Pelaksanaan
Dalam melaksankan
rencana asuhan kebidanan, bidan harus bertindak sesuai rencana yang sudah
ditentukan. Pencatatan dalam pelaksaan juga termasuk penanganan kasus-kasus
yang memerlukan tindakan diluar wewenang bidan sehingga perlu dilakukan
tindakan kolaborasi atau rujukan. Selain itu, pengawasan dan monitor kemajuan
kesehatan pasien juga perlu dicatat.
5. Evaluasi
Dalam kegiatan
evaluasi yang perlu dlaksanakan adalah mencatat proses manajemen kebidanan.
Evaluasi diperoleh dari tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan
langkah-langkah manajemen lainnya. Hasil evaluasi dapat dijadikan identifikasi
atau analisis masalah selanjutnya bila diperlukan.
Langkah-langkah manajemen
kebidanan menurut Varney (1997), yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data dasar
2. Interpretasi data dasar
3. Identifikasi diagnosis atau masalah
potensial
4. Identifikasi dan penetapan kebutuhan
yang memerlukan penaganan segera
5. Perencaan asuhan secara menyeluruh
6. Pelaksanaan perencanaan
7. Evaluasi
NO.
|
LANGKAH-LANGKAH
MANAJEMEN KEBIDANAN
|
PENJELASANNYA
|
1
|
Pengumpulan
data dasar
|
1. Kumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Jika pasien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan ke dokter dalam manajemen kolaborasi
bidan akan memerlukan konsultasi.
|
2
|
Interpretasi
data dasar
|
1. Identifikasi diagnosis, masalah, dan
kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap pasien. Misalnya:
a. Wanita pada trimester ke-3 merasa
takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Persaan tajut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar
diagnosis, tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan perencanaan untuk menangainya.
b. Wanita post partum yang mengalami rasa
nyeri pada daerah perineum setelah dilakukan episiotomi dan dilakukan
penjahitan pada luka tersebut. Perasaan nyeri tidak termasuk dalam kategori
nomenklatur diagnosis, tetapi ini merupakan masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa nyeri pada perineum.
2.
|
3
|
Identifikasi
diagnosis atau masalah potensial
|
1. Mengidentifikasi diagnosis atau
masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau
diagnosis yang sudah diidentifikasi
|
4
|
Identifikasi
dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penaganan segera
|
1. Bidan atau dokter mengidentifikasi
perlunya tindakan segera dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi kesehtan klien.
|
5
|
Perencaan
asuhan secara menyeluruh
|
1. Direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya secra rasional.
2. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajeman terhadap diagnosisi atau masalah yang telaah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi sebagai kerangka pedoman antisipasi langkah apa yang akan
terjadi pada wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan atau konseling,
merujuk pasien jika ada masalah yang berkaitaan dengan sosial-ekonomi,
kultur, dan psikologis.
|
6
|
Pelaksanaan
perencanaan
|
1. Rencana asuhan yang menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah 5 dilaksankan secara efisien dan aman.
Perencanaan dapat dilakukan seluruhnya tau sebagian oleh bidan dan oleh
pasien atau anggota tim kesehatan lainnya.
2. Perencanaan bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan
|
7
|
Evaluasi
|
1. Dilakukan evaluasi terhadap
keefektifan asuhan yang sudah diberikan mencakup pemenuhan kebutuhan. Proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum sehingga perlu mengulang
kembali adari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi proses rencana asuhan tersebut.
2. Langkah-langkah manajemen pada umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen berlangsung
dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir bargantung pada pasien.
|
Dibawah
ini daftar nomenklaktur diagnosis kebidanan
NO
|
DIAGNOSIS NOMENKLAKTUR
|
NO
|
DIAGNOSIS NOMENKLATUR
|
1
|
Kehamilan
normal
|
36
|
Infertio
uteri
|
2
|
Partus
normal
|
37
|
Bayi
besar
|
3
|
Syok
|
38
|
Malaria
berat dengan komplikasi
|
4
|
Denyut
Jantung Janin tidak normal
|
39
|
Malaria
ringan tanpa komplikasi
|
5
|
Abortus
|
40
|
Mekonium
|
6
|
Solusio
plasenta
|
41
|
Meningitis
|
7
|
Akut
pielo nefritis
|
42
|
Metritis
|
8
|
Amnionitis
|
43
|
Migren
|
9
|
Anemia
ringan/berat
|
44
|
kehamilan
mola
|
10
|
Apendisitis
|
45
|
Kehamilan
ganda
|
11
|
Atonia
uteri
|
46
|
Pertus
macet
|
12
|
Post
partum normal
|
47
|
Posisi
oksiput posterior
|
13
|
Infeksi
mamae
|
48
|
Posisi
oksiput melintang
|
14
|
Pembengkakn
mamae
|
49
|
Kista
ovarium
|
15
|
Presentasi
bokong
|
50
|
Abses
pelvik
|
16
|
Asma
bronkhiale
|
51
|
Peritonitis
|
17
|
Presentasi
dagu
|
52
|
Plasenta
previa
|
18
|
Disproporsi
sevalopelvik
|
53
|
Pnemonia
|
19
|
Hipertensi
kronik
|
54
|
Preeklampsia
berat atau ringan
|
20
|
Koagulupati
|
55
|
Hipertensi
karena kehamilan
|
21
|
Presentasi
ganda
|
56
|
Ketuban
pecah dini
|
22
|
Cystitis
|
57
|
Partus
prematuritas
|
23
|
Eklampsia
|
58
|
Prolapsus
talipusat
|
24
|
Kehamilan
ektopik
|
59
|
Partus
fase laten lama
|
25
|
Ensefalitis
|
60
|
Partus
kala II lama
|
26
|
Epilepsi
|
61
|
Retensio
plasenta
|
27
|
Hidramnion
|
62
|
Retensio
sisa plasenta
|
28
|
Presentasi
muka
|
63
|
Ruptura
uteri
|
29
|
Persalinan
semu
|
64
|
Bekas
luka uteri
|
30
|
Kematian
janin
|
65
|
Presentasi
bahu
|
31
|
Hemoragik
antepartum
|
66
|
Distosia
bahu
|
32
|
Hemoragik
postpartum
|
67
|
Robekan
serviks dan vagina
|
33
|
Gagal
jantung
|
68
|
Tetanus
|
34
|
Inersia
uteri
|
69
|
Letak
lintang
|
35
|
Infeksi
luka
|
Sumber:
WHO-UNFPA, 2000
Contoh masalah kebidanan antara
lain:
1. Ibu kurang informasi
2. Ibu tidak pernah ANC
3. Merasa nyeri pada luka episiotomi, luka
pasca sectio cesarea
4. Keluhan mulas yang mengganggu rasa
nyaman
5. Merasa sakit pada payudara yang bengkak
6. Merasa tajut atau cemas menghadapi
persalianan
7. Merasa pusing, mual, dan muntah pada
kehamilan muda
8. Merasa pusing karena hipertensi,
hipotensi, dan atau perdarahan,
9. Perut merasa berat pada kehamilan
sungsang
10. Merasa nyeri pada infeksi luka
Contoh diagnosis potensial antara lain:
1. Anemia ringan potensial ke anemia berat
2. Perdarahan potensial ke hipotensi
potensial ke syok
3. Preeklampsia ringan potensial ke
preeklampsia berat atau potensial ke eklampsia
4. Luak episiotomi, luka pasca SC potensial
ke infeksi
5. Sisa plasenta potensial ke infeksi atau
potensial ke perdarahan
6. Distosia bahu potensial ke persalinan
macet
7. Letak sungsang potensial ke persalinan
macet
8. Bayi besar potensial ke persalinan macet
9. Kehamilan dengan anemia ringan/berat
potensial ke infeksi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), partus prematur, abortus
10. BBLR potensial ke hipotermi, infeksi,
asfiksia
11. Ketuban Pecah Dini (KPD) potensial ke
infeksi dan asfiksia/gawat janin
12. Air ketuban bercampur mekonium potensial
ke infeksi dan asfiksia
13. Partus lama potensial terjadi asfiksia,
infeksi, atonia uteri
14. Hipertensi pada kehamilan potensial ke
Preeklampsia ringan potensial ke preeklampsia berat atau potensial ke eklampsia
15. Abortus provokatus potensial ke infeksi,
perdarahan
16. Abortus imminens potensial ke abortus
inkomplit, komplit
SUMBER PUSTAKA
1.
Muslihatun.
2008. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta: Fitramaya.
2.
Varney,
H. 1997. Varney’s Midwifery. Philadelpia: Davis Compani
3.
Lawinto.
2000. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Carolus.
4.
Soepardan,
Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC.
5.
Handajani,
Sutjiati Dwi. 2010. Manajemen Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
6.
Saminem.
2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar