Kamis, 22 Desember 2011

KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI



KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI

Kebidanan sebagai profesi mandiri memerlukan pengetahuan teoritis yang jelas dan spesifik sebagai landasan dalam memberikan pelayanan Kebidanan. Dimana ilmu Kebidanan adalahmerupakan sintesa dari berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan Kebidanan meliputi ilmu kedokteran, keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya , ilmu kesehtan masyarakat dan ilmu manejemen dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
                Seni dapat meluaskan pikiran, meningkatkan kreatifitas, membentuk lingkungan, mendorong dan menggali hal yang konkret untuk mencari makna yang bertujuan meningkatkan pelayanan Kebidanan.
A.         LATAR BELAKANG
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu    (multidisiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan komponen hakekat ilmu, maka setiap cabang pengetahuan dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana pengetahuan tersbeut diperoleh dan disusun, serta nilai mana yang terkait dengan pengetahuan tersebut. Artinya suatu pengetahuan secara umum dikelompokkan sebagai pengetahuan ilmiah apabila dapat memenuhi komponen keilmuan.
Ilmu kebidanan atau obstetric ialah bagian ilmu kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian yang menjadi obyek ilmu ini adalah kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang baru dilahirkan.

B.         KONSEP DASAR ILMU DAN PENGETAHUAN KEBIDANAN
1.         Definisi Ilmu
Ilmu adalah studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi beserta fisiknya melalui metoda ilmiah. (Huichinson, 1994) Sedangkan menurut Suwardi Herman, 2001 :Ilmu adalah akumulasi yang teratur dari pengetahuan yang teruji dan dapat menjelaskan serta meramalkan secara rasional.
Menurut tim Pengurus Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Cetakan Pertama, 2001 : Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan suatu gejala tertentu (pengetahuan).
2.              Definisi Pengetahuan
Pengetahuan berhubungan dengan kepecayaan, reliabilitas, dan solidaritas dari dunia nyata (Eksterna World) yang diketahui melalui sense perception yang berhubungan dengan ingatan dan pengenalan dengan objek-objek yang sama seperti pernah dilihat sebelumnya.      (Soewandi Herman, 2001)
3.              Definisi Kebidanan
Seni dan praktek yang mengkombinasikan keilmiahan filosof dan pendekatan pada manusia sebagai syarat dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksi yang normal termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga atau orang yang berarti. (Lang, 1979)
4.                   Definisi Ilmu Kebidanan
Ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan pelayanan kebdianan, kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, kesehatan masyarakat dan manajemen untuk memberikan pelayanan kepada ibu masa prakonsepsi, hamil, bersalin, nifas, BBL, meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.  (Mustika Sofyan, 2001)
C.          TINJAUAN KEILMUAN
1.              Kemampuan Mengetahui
Secara analitik kemampuan untuk mengetahui dapat diuraikan sebagai berikut :
a.     Kemampuan Kognitif
Yaitu kemampuan untuk mengetahui (dalam arti kata yang lebih dalam berupa mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahui. Landasan kognitif adalah rasio atau akal.
b.    Kemampuan Afektif
Yaitu kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya, meliputi rasa cinta (love) dan rasa indah (beauty). Rasa inilah yang merupakan sumber kreatifitas manusia. Rasa tidak memiliki patokan seperti rasio.
c.     Kemampuan Konatif
Yaitu kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan. Konatif adalah Will atau Karsa (kemampuan, keinginan, hasrat) ialah daya dorong untuk mencapai (atau menjauhi) segala apa yang didikte oleh rasa.
2.              Komponen Penyangga
Setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga dalam menyusun tubuh pengetahuan. Komponen tersebut adalah ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (Objek Ontologi atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika) dari objek ontologism atau objek formal tersebut. Epistomologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
a.     Pendekatan Ontologis
Secara ontologism ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada pada dalam batas pra pengalaman / penciptaan manusia dan pasca pengalaman (surga dan neraka) diserahkan ilmunya kepada pengetahuan lain. Ilmu yang hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-batas ontologism tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini secara konsisten dengan azas epistomologis keilmuan yang mengisyaratkan adanya verifikasi dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan ontologism adalah penafsiran hakekat realitas (metafisika) dari objek ontologism keilmuan. Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan kepada karakterisirk objek ontologism sebagaimana adanya (das sein) dengan deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi secara fisik. Ini berarti bahwa secara metafisik ilmu terbebas dari nilai-nilai yang dogmatic. Suatu pernyataan dapat diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melaui pengkajian/ penelitian berdasarkan epistomologi keilmuan. Metafisika keilmuan berdasarkan sebagaimana adanya (das sein) menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat seharusnya (das sollen).
Ilmu atau science adalah suatu studi tau pengetahuan yang sistematik untuk menerapkan suatu fenomena denagn acuan materi dan fisiknya melalui metode ilmiah (Hutchinson, 1994). Ilmu justru merupakan pengetahuan yang dapat dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang mencerminkan das sollen dengan jalan mempelajari das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan serta mengawasi gejala alam.
b.    Pendekatan Epistomologi
Landasan epistomologis ilmu tercermin secara operasional dalam metoda ilmiah. Pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :
1)   Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2)   Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut.
3)   Melakuakn verifikasi terhadap hipotesis bermaksud untuk menguji kebenaran pernyataan secara factual.
c.     Pendekatan Aksiologi
Aksiologi keilmuan menyangkut nilaui-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah baik secara internal, eksternal maupun social. Nilai internal berkaitan dengan wujud
3.              Karakteristik dan Spesifkasi Ilmu Kebidanan
Dari segi keilmuan Kebidanan yang mandiri perlu dirumuskan dengan berpedoman kepada filsafat ilmu, sehingga dapa memenuhi cirri atau karakteristik dan spesifikasi pengetahuan yang berdimensi dan bersifat ilmiah. Beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi ilmu Kebidanan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.         Obyek Materi Disiplin Keilmuan Kebidanan
Obyek materi disiplin keilmuan Kebidanan adalah substansi dari obyek penelaahan dalam lingkup tertentu. Obyek materi disiplin keilmuan Kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi, dan bayi bawah lima tahun (Balita), dan wanita secara utuh/holistic dalam siklus kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa, lansia dini, lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan reproduksi.
b.         Obyek Forma Disiplin Keilmuan Kebidanan
Obyek forma disiplin keilmuan Kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada obyek penelaahan dalam batas atau ruang lingkup tertentu. Obyek forma disiplin keilmuan Kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya (late menopause) termasuk berbagai implikasi dalam siklus kehidupannya, atau dengan kata lain yaitu suatu upaya keamanan dan kesejahteraan ibu dan janinnya pada prakonsepsi, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas/masa menyusui, sehingga tercapai kondisi yang sejahtera pada ibu dan janinnya dan selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara optimal. Dengan demikian kajian ilmu Kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan konsep dasar tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas berdimensi dan bersifat ilmiah. Secara umum dalam mengisi kerangka konseptual ilmu Kebidanan, maka ilmu Kebidanan ini dapat menerima dan menerapkan unsure pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang lain sesuai dengan kebutuhannya. Didalam memperoleh ilmu pengetahuan Kebidanan seperti juga ilmu pengetahuan yang lain harusnya mengikuti proses yang logistic, analistis, sistematis, teruji secara empiris sehingga dapat memenuhi sifat pengetahuan umum yaitu obyektif, umum dan memiliki metoda ilmiah. Penerapan ilmu Kebidanan didalam pelayanan Kebidanan menggunakan pendekatan ilmiah yang dikenal dengan manejemen Kebidanan yang didasarkan pada landasan kerangka konseptual (epistemology) dan pertimbangan etis yang menjadi rujukan ilmu dan pengembangan teknologi Kebidanan. Pada hakekatnya pengetahuan ilmiah suatu disiplin keilmuan dapat dibedakan antara pikiran dasar yang melandasi suatu pemikiran dan tubuh pengetahuan teoritis yang dibangun diatas pikiran dasar tersebut. Pikiran dasar ini terdiri dari postulat, asumsi dan prinsip. Postulat merupakan anggapan tentang suatu objek yang merefleksikan sudut pandang tertentu. Anggapan ini tidak terkait kepada benar atau salah melainkan setuju atau tidak setuju. Setiap disiplin keilmuan mempunyai postulat yang khas yang berbed adengan disiplin keilmuan yang disebabkan cara pandang yang berebda pula meskipun mungkin obyek yang menjadi telaahannya sama. Pikiran dasar kedua adalah asumsi yakni pernyataan dasar tentang realitas yang bersifat empiric, maka pernyataan ini harus diuji kebenarannya. Suatu asumsi belum tentu benar atau cocok dengan suatu asumsi tertentu. Asumsi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Dari postulat dan asumsi tersebut terbangunlah prinsip yang merupakan pernyataan dasar mengenai tindakan atau pilihan. Postulat, asumsi danprinsip ini digolongkan sebagai pikiran dasar dari sebuah pengetahuan ilmiah. Pikiran dasar dalam ilmu Kebidanan adalah memberdayakan seluruh potensi klien (wanita/ibu) untuk menghimpun kekuatan (power) dirinya sendiri dalam upaya melahirkan janin yang dikandung dalam tubuhnya. Socrates (427/347 SM), seorang filusuf Yunani menyebutkan hal ini sebagai mateunke tekne (ketrampilan Kebidanan). Diatas pikiran dasar ilmiah dibangun tubuh pengetahuan teoritis yang secara ekstensif berupaya mendiskripsikan, menjelaskan, mengapresiasikan, dan mengontrol berebagi gejala dari obyek telaahan dari sebuah disiplin keilmuan perangkat pikiran dasar utama yang bersifat khas memberikan kerangka konseptual yang bersifat makro. Kerangka konseptual ini dikembangkan pula pada tingkat tubuh pengetahuan teoritis yang bersifat khas pula. Dalam mengisi kerangka konseptual yang bersifat makro inilah dapat dipinjam atau diterapkan untuk pengetahuan dari disiplin lian yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam upaya pengembangan tubuh pengetahuan teoritis ini seringkali sebuah disiplin keilmuan meminjam atau menerapkan unsur-unsur pengetahuan dari berbagai disiplin keilmuan yang ada. Hal ini adalah waja r dan biasa dilakukan sebab sebuah disiplin yang mandiri harus dapat menentukan pengetahuan mana yang bersifat khas disiplinya dan pengetahuan mana yang diterapkan dari disiplin keilmuan yang lain. Perangkat pikiran dasar utama yang bersifat khas memberikan payung atau kerangka konseptual yang bersifat makro. Kerangka konseptual ini dikembangkan pula pada tingkat tubuh pengetahuan teoritis yang bersifat khas pula. Dalam mengisi kerangka konseptual yang bersifat makro inilah dapat dipinjam atau diterapkan unsure pengetahuan dari disiplin lain yang sesuai dengan kebutuhan sebagai contoh ilmu Kebidanan meminjam unsur pengetahuan, bimbingan, dan konseling dari psikologi dalam tindakan memimpin persalinan pada kliennya. Pinjam meminjam antara pengethuan adalah biasa dan tidak menimbulkan kebingungan selama ilmuwan dapat mengidentifikasikan kerangka konseptual makro yang yang merupakan payung dari penyusuan tubuh pengetahuan teoritis masing-masing.  
D.         JENIS PENGETAHUAN
1.         Pengetahuan Alamiah
Pengetahuan Kebidanan bukan hanya didapat dari seorang ilmuwan dan intelek saja, tetapi dapat berasal dari :
a.          Cara berfikir kita sebagai individu, yang dirasakan didunia, berdasarkan nilai dan system kita sendiri, kepribadian dan kepercayaan.
b.         Pemahaman kita setiap hari, bagaimana mengendalikan masyarakat termasuk apa yang kita ketahui dari media atau berita.
c.          Berbagai macam keadaan yang harus dimengerti yang ada di sekeliling kita dalam urusan sehari-hari mengenai kehidupan dan pekerjaan.
2.         Type Pengetahuan Menurut Thomas Kuhn (1970)
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a.          Pengetahuan teori (kadang kala disebut “Apa yang akan diketahui…..”) yang berlandaskan pada logika dan kemampuan individu yang telah teruji.
b.         Pengetahuan praktek (“Bagaimana untuk mengetahui…”) yang berlandaskan pada observasi langsung dan pengalaman.
Kedua pengetahuan diatas dipelajari dalam pendidikan formal Kebidanan, secara tradisional tipe pengetahuan jenis kedua diatas telah diletakan pada status yang lebih rendah dari pengetahuan teori (Siddiqui, 1992), dalam beberapa tahun terakhir, pandangan akan hal tersebut telah berubah dengan kesadaran yang mulai tumbuh meningkat bahwa pengetahuan dan pemahaman yang kita dapat dari pengalaman dalam pengetahuan yang professional asdalah elemen yang bermakna (Pendapat ini diperkuat oleh Benner, 1984; Klison, 1987).
Dalam suatu perdebatan dalam pelayanan kesehatan saat ini yaitu tentang nilai dalam praktek dimana pengetahuannya didasarkan pada pengalaman perorangan, beberapa mengesankan memilih pengetahuan non teoritis sebagai dasar praktek mempunyai resiko mencurigakan pada level kompetensi. Pendapat lain disebutkan bahwa kemampuan untuk mencapai keberhasilan biasanya dihasilkan dari praktek yang berdasarkan pengetahuan teori, dan sampai kini mereka masih memperdebatkan tentang praktek berdasarkan pengetahuan yang alami.
3.         Pengetahuan Profesional
Seorang professional lebih sering menghadapi masalah-masalah tanpa jawaban yang jelas apakah benar atau salah. Tanggapan seorang professional pada suatu masalah tergantung pada context  atau pengalaman sebelumnya, dan cara mereka merespon masalah tersebut akan menggambarkan suatu jarak perbedaan-perbedaan pengetahuan, dan beberapa lagi yang akan sulit untuk dijelaskan.
Hal ini sering diperdebatkan pada awal pelajaran asuhan kesehatan tentang nilai dalam pengetahuanpraktek yang berdasarkan pengalaman. Beberapa menyarankan (Beenet, 1994) dalam pengambilan keputusan dapat berdasarkan pada pengetahuan non-teori yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
Alasan lain adalah kompetensi akan dicapai oleh seorang professional bila ia menggabungkanpengetahuan teoritis dan praktek.
4.         Enam Jenis Pengetahuan yang Menyokong dalam Penampilan (Eurat, 1990)
a.          Pengetahuan Situasional
Yang berkembang dari pengalaman dan pengaruh dari interpretasi seseorang pada situasi yang berlangsung.
b.         Pengethuan dimasyarakat
Pengetahuan ini termasuk bagaimana masyarakat menjadi tahu dan  membuat keputusa tentang apa yang mereka belum ketahui/kenal.
c.          Pengetahuan dari Praktek
Pengetahuan ini termasuk informasi yang actual dan mengenai pemecahan masalah.
d.         Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan ini termasuk menggunakan pengetahuan teoritis, seringkali berdasarkan intuisi untuk menerjemahkan situasi dan berfikir tentang praktek.
e.          Proses Pengetahuan
Sebagai dasar bagaimana melakukan tugas atau masalah yang sulit.
f.           Pengawasan Pengetahuan
Yaitu sebagai contoh kesadaran adanya gap antara apa yang dikatakan dan yang dilakukan, apa yang diketahui atau apa yang belum diketahui sehingga saling mengisi. Pendapat Eurat, telah diterapkan oleh Andriene dan Bob Price (1993), dimana mereka menyelidiki hubungan antara teori dan praktek dalam Kebidanan, yang mana perlu dikembangkan sebagai pengetahuan dasar bagi seorang bidan yang mengizinkan mereka untuk melakukan praktek secara aman dan imajinatif. Ada fakta-fakta empiris tentang Kebidanan yaitu evolusi teori dan model yang unik dalam Kebidanan, trend saat ini mengarah pada pilihan pengendalian dan asuhan yang berkesinambungan pada wanita hamil, dimana hal tersebut mencakup pemehaman filosofi dalam asuhan Kebidanan. Introspeksi terhadap filosofi mengakibatkan nilai dan kepercayaan tentang apa sebenarnya Kebidanan dan pengaruhnya pada praktek (Bryar, 1996). Konsep metaparadigma mengembangkan teori yang didapat dari keyakinan dalam filosofi lainnya atau data ilmiah, dimana merupakan pusat dari praktek Kebidanan dan bagian tersebut butuh dianalisa dan disimpulkan. Bagian tersebut masih perlu diuji untuk menghasilkan teori, dimana turut membantu dalam melakukan praktek yang terstruktur dan mengembangkan kualitas dalam asuhan Kebidanan (Bryar, 1995). Konsep bermakna lainnya seperti (Continuity Of Care) asuhan yang berkelanjutan, pilihan dan pengendalian dapat dihubungkan untuk merumuskan teori model asuhan dalam Kebidanan.
5.              Sumber Pengetahuan
a.     Pengetahuan yang berasal dari teman, keluarga, dan kerabat.
Contoh : Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman teman, keluarga dan kerabat lebih dipercaya kebenarannya dibandingakn dengan penjelasan ahli dalam bidangnya.
b.    Pengetahuan yang didapatkan dari tenaga kesehatan professional lainnya.
Contoh : Pengetahuan yang didapat sendiri melalui pengalaman melahirkan sebelumnya/dari dokter.
c.     Pengetahuan yang didapatkan dari sumber budaya yang popular.
Contoh : TV, majalah, novel. Ini merupakan sumber pengetahuan yang penting bagi kebanyakan wanita dan bidan seringkali mengabaikan/merendahkan berita yang didapat.
d.    Pengetahuan yang didapatkan dari buku-buku tentang persalinan.
Contoh : Pada beberapa waniata yang gemar memebaca mereka sudah memebaca buku-buku mengenai kehamilan dan persalinan.
E.          ILMU PENGETAHUAN KEBIDANAN
1.         Sejarah Kebidanan
Pada suatu masa dalam sejarah evolusi manusia didunia terdapat kepercayaan diantara semua bangsa bahwa kehidupan manusia serta alam di sekitarnya dikuasai oleh kekuatan-kekuatan ghaib. Kekuatan-kekuatan ini dapat mempunyai pengaruh baik tau buruk atas keselamatan manusia, termasuk kesehatannya. Dalam hal ini terdapat ornag-orang yang oleh masyarakat sekitarnya dianggap lebih mampu untuk menjadi perantara antara manusia biasa dan kekuatan ghaib.
Akan tetapi, disamping adanya kepercayaan yang diuraikan diatas, manusia dianugerahi pula dengan daya observasi, daya berfikir, daya menghubungkan apa yang dialami dengan apa yang difikirkan, serta daya untuk mengumpulkan dan menyimpan pengalaman-pengalaman dalam ingatannya. Daya observasi dan daya asosiasi memungkinkan dia untuk menambah pengetahuannya mengenai anatomi dan fungsi berbagai alat dalam tubuh manusia. Dengan pengetahuan yang terbatas dan sering salah tentang anatomi dan  fisiologi alat-alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai penyakit dengan terganggunya fungsi alat-alat tertentu. Hal itu dipakai sebagai dasar bagi usaha-usaha untuk menyembuhkan penderita dari penyakit-penyakit bersangkutan.
Lambat laun terdapat golongan orang yang dikenal dan diakui oleh masyarakat sebagai dokter, dalam arti bahwa mereka mempunyai kecakapan untuk menyembuhkan orang sakit. Dokter pria menjalankan praktek kedokteran terhadap beraneka ragam penyakit, sedangkan pada wanita-wanita pada masa kehamilan dan saat persalinan hampir seluruhnya diserahkan kepada wanita-wanita penolong persalinan.
Wanita-wanita yang memberi pertolongan pada kehamilan dan persalinan umumnya tidak mempunyai pengetahuan banyak tentang kebidanan. Mereka memperoleh pengetahuannya dari penolong persalinan lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang mereka alami dalam praktek sehari-hari.
Walau para dokter pria pada umumnya tidak melakukan praktek dalam bidang Kebidanan, namun diantara mereka terdapat orang-orang yang menaruh perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi kehamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya Hippocrates, Soranus, Rufus, Galenus, Celsus, dll.
Sementara itu dirasakan keperluan untuk menyempurnakan pendidikan para wanita yang memberi pertolongan dalam persalinan. Dalam tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk penolong persalinan yang berjudul “ Der Schwangen Frauen Und Hebammen Rosengarten”.
Sekolah bidan pertama yang memberi pelajaran teratur dibuka dalam tahun 1598 di Munchener Gebaranstalt, yang kemudian diikuti sekolah bidan lain. Mulai abad ke-19 kemajuan pengetahuan dalam fisiologi dan patologi ilmu Kebidanan berlangsung terus sampai sekarang. Perkembangan ini menekankan ha prevensi dalam kebidanan. Lambat laun meluas kesadaran bahwa banyak penyakit dan kelainan pada masa hamil, persalinan dan nifas dapat dicegah atau dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat diusahakan menghindarkan akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkannya.
2.         Seni Dalam Kebidanan
Komponen estetik dalam Kebidanan sangatlah kompleks. Seni dalam Kebidanan belum lazim diungkapkan, karakteristik berhubungan dengan ungkapan , kreatifitas, keterampilan manual dan kecekatan.
Seni dapat meluaskan pemikiran, meningkatkan kreatifitas, membentuk lingkungan, menjadikan seseorang lebih peduli terhadap budaya, mendorong, menggalihal yang kongkrit untuk mencari makna. Memandang kesan yang baru dan menarik untuk mengapresiasikan, meningkatkan serta menguji dan memahami. Oleh karena itu adalah suatu hal yang mungkin jika dua orang memandang seni dari perspektif yang sama, namun tiap orang tersebut mengungkapkan seninya dengan keunikan dan cara yang berbeda. Bryar (1995) memandang seni dalam Kebidanan diungkapkan secara naluriah (gerak hati).
Kebebasan dalam mengungkapkan pikiran untuk memilih, menginformasikan dan memeri dukungan tidak lama lagi akan menjadi dunia bagi semua bidan. Seni dalam Kebidanan kadang mengganggu kebijaksanaan-kebijaksanaan, struktur organisasi dan medikalisasi dan childbirth. Dalam rangka membangkitkan perubahan dalam childbirth (Departement of Health,  1993) saat ini adlah waktu yang tepat dalam revolusi budaya untuk memperoleh ekspresi atau pengungkapan dan kreatifitas dalam melakukan praktek Kebidanan.  
3.         Tubuh Pengetahuan Kebidanan
Disiplin keilmuan Kebidanan mempunyai karakteristik dan spesifikasi baik objek forma maupun material. Objek forma disiplin ilmu Kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada objek penelahaan dalam batas atau ruang lingkup tertentu. Objek forma keilmuan Kebidanan adalah mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya (Late Menopause) termasuk berbagai implikasi dalam siklus kehidupannya.
Objek material keilmuan Kebidanan adalah  substansi dari objek penelahaan dalam lingkungan tertentu. Objek material dalam disiplin keilmuan Kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi dan anak bawah lima tahun  (Balita) dan wanita secara utuh atau holistic dalam siklus kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa, lansia dini dan lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan reproduksi.
Berdasarkan pikiran dasar objek forma dan objek material, disusunlah tubuh pengetahuan Kebidanan (Body of Midwifery Knowledge) yang dikelompokan menjadi 4, yaitu :
a.          Ilmu Dasar :
1)          Anatomi
2)          Psikologi
3)          Mikrobilogi dan parasitologi
4)          Patofisiologi
5)          Fisika
6)          Biokimia
b.         Ilmu-Ilmu Sosial
1)          Pancasila dan wawasan nusantara
2)          Bahasa Indonesia
3)          Bahasa Inggris
4)          Sosiologi
5)          Antropologi
6)          Psikologi
7)          Administrasi dan kepemimpinan
8)          Ilmu komunikasi
9)          Humaniora
10)      Pendidikan (prinsib belajar dan mengajar)
c.          Ilmu Terapan
1)          Kedokteran
2)          Farmakologi
3)          Epidemiologi
4)          Statistik
5)          Teknik kesehatan dasar atau keperawatan dasar
6)          Pradigma sehat
7)          Ilmu Gizi
8)          Hukum kesehatan
9)          Kesehatan masyarakat
10)      Metode riset
d.         Ilmu Kebidanan
1)          Dasar-dasar kebidana (perkembangan Kebidanan, registrasi, organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)
2)          Teori dan model konseptual Kebidanan
3)          Siklus kehidupan wanita
4)          Etika Kebidanan
5)          Pengantar Kebidanan professional (konsep Kebidanan, definisi dan lingkup Kebidanan dan manajemen Kebidanan)
6)          Teknik dan prosedur Kebidanan
7)          Asuhan Kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi (berdasarkan kehidupan manusia dan wanita)
8)          Tingkat dan jenis pelayanan Kebidanan
9)          Legislasi Kebidanan
10)      Praktek klinik kebidanan

 
DAFTAR PUSTAKA

1.       Kelly E. Mary, 1997, Exploring Midwifery Knowledge, British Journal of Midwifery, Vol. VII No. 4
2.       Mason I. B. G., 1998, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Cetakan I, Arcan, Jakarta.
3.       Mustika Sofyan, 2001, 50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, Pengurus Pusat IBI, Jakarta.
4.       Prawirohardjo S, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
5.       Project Team From School Of Healt University Of Greenwich, New Dimention in Midwifery Care, Book 1, Relationship In Practice, English National Board For Nursing, Midwifery and HealthVisiting, Victory House 170 Tottenham Court road, London WIP OHA.
6.       Soewardi Herman, 2001, Roda Berputar Dunia Bergulir, Baku Mandiri, Bandung.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar