KEBIDANAN SEBAGAI PROFESI
Kebidanan sebagai profesi mandiri memerlukan pengetahuan teoritis yang
jelas dan spesifik sebagai landasan dalam memberikan pelayanan Kebidanan.
Dimana ilmu Kebidanan adalahmerupakan sintesa dari berbagai disiplin ilmu
(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan Kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, keperawatan, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu budaya , ilmu
kesehtan masyarakat dan ilmu manejemen dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Seni dapat
meluaskan pikiran, meningkatkan kreatifitas, membentuk lingkungan, mendorong
dan menggali hal yang konkret untuk mencari makna yang bertujuan meningkatkan
pelayanan Kebidanan.
A.
LATAR BELAKANG
Kebidanan merupakan ilmu yang
terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multidisiplin) yang terkait dengan
pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu social,
ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu manajemen untuk
dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, masa hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada
ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap
individu, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan komponen hakekat ilmu,
maka setiap cabang pengetahuan dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya
berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana pengetahuan tersbeut diperoleh dan
disusun, serta nilai mana yang terkait dengan pengetahuan tersebut. Artinya
suatu pengetahuan secara umum dikelompokkan sebagai pengetahuan ilmiah apabila
dapat memenuhi komponen keilmuan.
Ilmu kebidanan atau obstetric ialah
bagian ilmu kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan
dengan lahirnya bayi. Dengan demikian yang menjadi obyek ilmu ini adalah
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang baru dilahirkan.
B.
KONSEP DASAR ILMU DAN PENGETAHUAN KEBIDANAN
1.
Definisi Ilmu
Ilmu adalah studi atau pengetahuan
yang sistematik untuk menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi beserta
fisiknya melalui metoda ilmiah. (Huichinson, 1994) Sedangkan menurut Suwardi
Herman, 2001 :Ilmu adalah akumulasi yang teratur dari pengetahuan yang teruji
dan dapat menjelaskan serta meramalkan secara rasional.
Menurut tim Pengurus Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi III Cetakan Pertama, 2001 : Ilmu adalah pengetahuan
tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan suatu gejala tertentu (pengetahuan).
2.
Definisi Pengetahuan
Pengetahuan berhubungan dengan
kepecayaan, reliabilitas, dan solidaritas dari dunia nyata (Eksterna World)
yang diketahui melalui sense perception yang berhubungan dengan ingatan dan
pengenalan dengan objek-objek yang sama seperti pernah dilihat sebelumnya. (Soewandi Herman, 2001)
3.
Definisi Kebidanan
Seni dan praktek yang mengkombinasikan
keilmiahan filosof dan pendekatan pada manusia sebagai syarat dalam
pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksi yang normal termasuk
kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga atau orang yang berarti. (Lang,
1979)
4.
Definisi Ilmu Kebidanan
Ilmu yang terbentuk dari sintesa
berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan pelayanan kebdianan, kedokteran,
keperawatan, sosial, perilaku, budaya, kesehatan masyarakat dan manajemen untuk
memberikan pelayanan kepada ibu masa prakonsepsi, hamil, bersalin, nifas, BBL,
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak melaksanakan konseling
dan pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga dan masyarakat. (Mustika Sofyan, 2001)
C.
TINJAUAN KEILMUAN
1.
Kemampuan Mengetahui
Secara analitik kemampuan untuk mengetahui dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Kemampuan Kognitif
Yaitu kemampuan untuk mengetahui (dalam arti kata yang lebih dalam
berupa mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahui.
Landasan kognitif adalah rasio atau akal.
b. Kemampuan Afektif
Yaitu kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya, meliputi
rasa cinta (love) dan rasa indah (beauty). Rasa inilah yang merupakan sumber
kreatifitas manusia. Rasa tidak memiliki patokan seperti rasio.
c. Kemampuan Konatif
Yaitu kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan. Konatif adalah Will
atau Karsa (kemampuan, keinginan, hasrat) ialah daya dorong untuk mencapai
(atau menjauhi) segala apa yang didikte oleh rasa.
2.
Komponen Penyangga
Setiap pengetahuan mempunyai tiga
komponen yang merupakan tiang penyangga dalam menyusun tubuh pengetahuan.
Komponen tersebut adalah ontologi, epistomologi, dan aksiologi. Ontologi
merupakan azas dalam menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek
penelaahan (Objek Ontologi atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang
hakekat realitas (metafisika) dari objek ontologism atau objek formal tersebut.
Epistomologi merupakan azas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan disusun
menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi merupakan azas dalam menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
a. Pendekatan Ontologis
Secara ontologism
ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah
dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada pada dalam
batas pra pengalaman / penciptaan manusia dan pasca pengalaman (surga dan
neraka) diserahkan ilmunya kepada pengetahuan lain. Ilmu yang hanya merupakan
salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah
kehidupan dalam batas-batas ontologism tertentu. Penetapan lingkup batas
penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini secara konsisten dengan azas
epistomologis keilmuan yang mengisyaratkan adanya verifikasi dalam proses
penemuan dan penyusunan pernyataan yang benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari
pendekatan ontologism adalah penafsiran hakekat realitas (metafisika) dari
objek ontologism keilmuan. Penafsiran metafisik keilmuan harus didasarkan
kepada karakterisirk objek ontologism sebagaimana adanya (das sein) dengan
deduksi-deduksi yang dapat diverifikasi secara fisik. Ini berarti bahwa secara
metafisik ilmu terbebas dari nilai-nilai yang dogmatic. Suatu pernyataan dapat
diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melaui pengkajian/
penelitian berdasarkan epistomologi keilmuan. Metafisika keilmuan berdasarkan
sebagaimana adanya (das sein) menyebabkan ilmu menolak premis moral yang
bersifat seharusnya (das sollen).
Ilmu atau science
adalah suatu studi tau pengetahuan yang sistematik untuk menerapkan suatu
fenomena denagn acuan materi dan fisiknya melalui metode ilmiah (Hutchinson,
1994). Ilmu justru merupakan pengetahuan yang dapat dijadikan alat untuk
mewujudkan tujuan-tujuan yang mencerminkan das sollen dengan jalan mempelajari
das sein agar dapat menjelaskan, meramalkan serta mengawasi gejala alam.
b. Pendekatan Epistomologi
Landasan
epistomologis ilmu tercermin secara operasional dalam metoda ilmiah. Pada
dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan :
1) Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran
tersebut.
3) Melakuakn verifikasi terhadap hipotesis bermaksud untuk menguji
kebenaran pernyataan secara factual.
c. Pendekatan Aksiologi
Aksiologi
keilmuan menyangkut nilaui-nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah baik
secara internal, eksternal maupun social. Nilai internal berkaitan dengan wujud
3.
Karakteristik dan Spesifkasi Ilmu Kebidanan
Dari segi keilmuan Kebidanan yang
mandiri perlu dirumuskan dengan berpedoman kepada filsafat ilmu, sehingga dapa
memenuhi cirri atau karakteristik dan spesifikasi pengetahuan yang berdimensi
dan bersifat ilmiah. Beberapa pokok karakteristik dan spesifikasi ilmu
Kebidanan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Obyek Materi Disiplin Keilmuan
Kebidanan
Obyek materi disiplin keilmuan
Kebidanan adalah substansi dari obyek penelaahan dalam lingkup tertentu. Obyek
materi disiplin keilmuan Kebidanan adalah janin, bayi baru lahir, bayi, dan
bayi bawah lima tahun (Balita), dan wanita secara utuh/holistic dalam siklus
kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda, dewasa, lansia
dini, lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan reproduksi.
b.
Obyek Forma Disiplin Keilmuan
Kebidanan
Obyek forma disiplin keilmuan
Kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada obyek penelaahan dalam batas
atau ruang lingkup tertentu. Obyek forma disiplin keilmuan Kebidanan adalah
mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak
lahir sampai masa tuanya (late menopause) termasuk berbagai implikasi dalam
siklus kehidupannya, atau dengan kata lain yaitu suatu upaya keamanan dan
kesejahteraan ibu dan janinnya pada prakonsepsi, masa kehamilan, masa persalinan,
masa nifas/masa menyusui, sehingga tercapai kondisi yang sejahtera pada ibu dan
janinnya dan selanjutnya ibu tersebut dapat memelihara bayinya secara optimal. Dengan
demikian kajian ilmu Kebidanan dapat dikembangkan berdasarkan konsep dasar
tersebut diatas yaitu tubuh pengetahuan teoritis yang khas berdimensi dan
bersifat ilmiah. Secara umum dalam mengisi kerangka konseptual ilmu Kebidanan,
maka ilmu Kebidanan ini dapat menerima dan menerapkan unsure pengetahuan dari
berbagai disiplin ilmu yang lain sesuai dengan kebutuhannya. Didalam memperoleh
ilmu pengetahuan Kebidanan seperti juga ilmu pengetahuan yang lain harusnya
mengikuti proses yang logistic, analistis, sistematis, teruji secara empiris
sehingga dapat memenuhi sifat pengetahuan umum yaitu obyektif, umum dan
memiliki metoda ilmiah. Penerapan ilmu Kebidanan didalam pelayanan Kebidanan
menggunakan pendekatan ilmiah yang dikenal dengan manejemen Kebidanan yang
didasarkan pada landasan kerangka konseptual (epistemology) dan pertimbangan
etis yang menjadi rujukan ilmu dan pengembangan teknologi Kebidanan. Pada
hakekatnya pengetahuan ilmiah suatu disiplin keilmuan dapat dibedakan antara
pikiran dasar yang melandasi suatu pemikiran dan tubuh pengetahuan teoritis
yang dibangun diatas pikiran dasar tersebut. Pikiran dasar ini terdiri dari
postulat, asumsi dan prinsip. Postulat merupakan anggapan tentang suatu objek
yang merefleksikan sudut pandang tertentu. Anggapan ini tidak terkait kepada
benar atau salah melainkan setuju atau tidak setuju. Setiap disiplin keilmuan
mempunyai postulat yang khas yang berbed adengan disiplin keilmuan yang
disebabkan cara pandang yang berebda pula meskipun mungkin obyek yang menjadi
telaahannya sama. Pikiran dasar kedua adalah asumsi yakni pernyataan dasar
tentang realitas yang bersifat empiric, maka pernyataan ini harus diuji
kebenarannya. Suatu asumsi belum tentu benar atau cocok dengan suatu asumsi
tertentu. Asumsi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Dari
postulat dan asumsi tersebut terbangunlah prinsip yang merupakan pernyataan
dasar mengenai tindakan atau pilihan. Postulat, asumsi danprinsip ini
digolongkan sebagai pikiran dasar dari sebuah pengetahuan ilmiah. Pikiran dasar
dalam ilmu Kebidanan adalah memberdayakan seluruh potensi klien (wanita/ibu) untuk
menghimpun kekuatan (power) dirinya sendiri dalam upaya melahirkan janin yang
dikandung dalam tubuhnya. Socrates (427/347 SM), seorang filusuf Yunani
menyebutkan hal ini sebagai mateunke
tekne (ketrampilan Kebidanan). Diatas pikiran dasar ilmiah dibangun tubuh
pengetahuan teoritis yang secara ekstensif berupaya mendiskripsikan,
menjelaskan, mengapresiasikan, dan mengontrol berebagi gejala dari obyek
telaahan dari sebuah disiplin keilmuan perangkat pikiran dasar utama yang
bersifat khas memberikan kerangka konseptual yang bersifat makro. Kerangka
konseptual ini dikembangkan pula pada tingkat tubuh pengetahuan teoritis yang
bersifat khas pula. Dalam mengisi kerangka konseptual yang bersifat makro
inilah dapat dipinjam atau diterapkan untuk pengetahuan dari disiplin lian yang
sesuai dengan kebutuhan. Dalam upaya pengembangan tubuh pengetahuan teoritis
ini seringkali sebuah disiplin keilmuan meminjam atau menerapkan unsur-unsur
pengetahuan dari berbagai disiplin keilmuan yang ada. Hal ini adalah waja r dan
biasa dilakukan sebab sebuah disiplin yang mandiri harus dapat menentukan
pengetahuan mana yang bersifat khas disiplinya dan pengetahuan mana yang
diterapkan dari disiplin keilmuan yang lain. Perangkat pikiran dasar utama yang
bersifat khas memberikan payung atau kerangka konseptual yang bersifat makro.
Kerangka konseptual ini dikembangkan pula pada tingkat tubuh pengetahuan
teoritis yang bersifat khas pula. Dalam mengisi kerangka konseptual yang
bersifat makro inilah dapat dipinjam atau diterapkan unsure pengetahuan dari
disiplin lain yang sesuai dengan kebutuhan sebagai contoh ilmu Kebidanan
meminjam unsur pengetahuan, bimbingan, dan konseling dari psikologi dalam
tindakan memimpin persalinan pada kliennya. Pinjam meminjam antara pengethuan
adalah biasa dan tidak menimbulkan kebingungan selama ilmuwan dapat
mengidentifikasikan kerangka konseptual makro yang yang merupakan payung dari
penyusuan tubuh pengetahuan teoritis masing-masing.
D.
JENIS PENGETAHUAN
1.
Pengetahuan Alamiah
Pengetahuan Kebidanan bukan hanya didapat dari seorang ilmuwan dan
intelek saja, tetapi dapat berasal dari :
a.
Cara berfikir kita sebagai individu,
yang dirasakan didunia, berdasarkan nilai dan system kita sendiri, kepribadian
dan kepercayaan.
b.
Pemahaman kita setiap hari, bagaimana
mengendalikan masyarakat termasuk apa yang kita ketahui dari media atau berita.
c.
Berbagai macam keadaan yang harus
dimengerti yang ada di sekeliling kita dalam urusan sehari-hari mengenai
kehidupan dan pekerjaan.
2.
Type Pengetahuan Menurut Thomas Kuhn
(1970)
Pengetahuan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a.
Pengetahuan teori (kadang kala disebut
“Apa yang akan diketahui…..”) yang berlandaskan pada logika dan kemampuan
individu yang telah teruji.
b.
Pengetahuan praktek (“Bagaimana untuk
mengetahui…”) yang berlandaskan pada observasi langsung dan pengalaman.
Kedua pengetahuan diatas dipelajari
dalam pendidikan formal Kebidanan, secara tradisional tipe pengetahuan jenis
kedua diatas telah diletakan pada status yang lebih rendah dari pengetahuan
teori (Siddiqui, 1992), dalam beberapa tahun terakhir, pandangan akan hal
tersebut telah berubah dengan kesadaran yang mulai tumbuh meningkat bahwa
pengetahuan dan pemahaman yang kita dapat dari pengalaman dalam pengetahuan
yang professional asdalah elemen yang bermakna (Pendapat ini diperkuat oleh
Benner, 1984; Klison, 1987).
Dalam suatu perdebatan dalam pelayanan
kesehatan saat ini yaitu tentang nilai dalam praktek dimana pengetahuannya
didasarkan pada pengalaman perorangan, beberapa mengesankan memilih pengetahuan
non teoritis sebagai dasar praktek mempunyai resiko mencurigakan pada level
kompetensi. Pendapat lain disebutkan bahwa kemampuan untuk mencapai
keberhasilan biasanya dihasilkan dari praktek yang berdasarkan pengetahuan
teori, dan sampai kini mereka masih memperdebatkan tentang praktek berdasarkan
pengetahuan yang alami.
3.
Pengetahuan Profesional
Seorang professional lebih sering
menghadapi masalah-masalah tanpa jawaban yang jelas apakah benar atau salah.
Tanggapan seorang professional pada suatu masalah tergantung pada context atau pengalaman sebelumnya, dan cara mereka
merespon masalah tersebut akan menggambarkan suatu jarak perbedaan-perbedaan
pengetahuan, dan beberapa lagi yang akan sulit untuk dijelaskan.
Hal ini sering diperdebatkan pada awal
pelajaran asuhan kesehatan tentang nilai dalam pengetahuanpraktek yang
berdasarkan pengalaman. Beberapa menyarankan (Beenet, 1994) dalam pengambilan
keputusan dapat berdasarkan pada pengetahuan non-teori yang memiliki tingkat
kompetensi yang tinggi.
Alasan lain adalah kompetensi akan
dicapai oleh seorang professional bila ia menggabungkanpengetahuan teoritis dan
praktek.
4.
Enam Jenis Pengetahuan yang Menyokong
dalam Penampilan (Eurat, 1990)
a.
Pengetahuan Situasional
Yang berkembang dari pengalaman dan pengaruh dari interpretasi seseorang
pada situasi yang berlangsung.
b.
Pengethuan dimasyarakat
Pengetahuan ini termasuk bagaimana masyarakat menjadi tahu dan membuat keputusa tentang apa yang mereka
belum ketahui/kenal.
c.
Pengetahuan dari Praktek
Pengetahuan ini termasuk informasi yang actual dan mengenai pemecahan
masalah.
d.
Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan ini termasuk menggunakan pengetahuan teoritis, seringkali
berdasarkan intuisi untuk menerjemahkan situasi dan berfikir tentang praktek.
e.
Proses Pengetahuan
Sebagai dasar bagaimana melakukan tugas atau masalah yang sulit.
f.
Pengawasan Pengetahuan
Yaitu sebagai contoh kesadaran adanya gap antara apa yang dikatakan dan
yang dilakukan, apa yang diketahui atau apa yang belum diketahui sehingga
saling mengisi. Pendapat Eurat, telah diterapkan oleh Andriene dan Bob Price
(1993), dimana mereka menyelidiki hubungan antara teori dan praktek dalam
Kebidanan, yang mana perlu dikembangkan sebagai pengetahuan dasar bagi seorang
bidan yang mengizinkan mereka untuk melakukan praktek secara aman dan imajinatif.
Ada fakta-fakta empiris tentang Kebidanan yaitu evolusi teori dan model yang
unik dalam Kebidanan, trend saat ini mengarah pada pilihan pengendalian dan
asuhan yang berkesinambungan pada wanita hamil, dimana hal tersebut mencakup
pemehaman filosofi dalam asuhan Kebidanan. Introspeksi terhadap filosofi
mengakibatkan nilai dan kepercayaan tentang apa sebenarnya Kebidanan dan
pengaruhnya pada praktek (Bryar, 1996). Konsep metaparadigma mengembangkan
teori yang didapat dari keyakinan dalam filosofi lainnya atau data ilmiah,
dimana merupakan pusat dari praktek Kebidanan dan bagian tersebut butuh
dianalisa dan disimpulkan. Bagian tersebut masih perlu diuji untuk menghasilkan
teori, dimana turut membantu dalam melakukan praktek yang terstruktur dan
mengembangkan kualitas dalam asuhan Kebidanan (Bryar, 1995). Konsep bermakna
lainnya seperti (Continuity Of Care) asuhan yang berkelanjutan, pilihan dan
pengendalian dapat dihubungkan untuk merumuskan teori model asuhan dalam
Kebidanan.
5.
Sumber Pengetahuan
a. Pengetahuan yang berasal dari teman, keluarga, dan kerabat.
Contoh : Pengetahuan yang didapatkan
dari pengalaman teman, keluarga dan kerabat lebih dipercaya kebenarannya
dibandingakn dengan penjelasan ahli dalam bidangnya.
b. Pengetahuan yang didapatkan dari tenaga kesehatan professional lainnya.
Contoh : Pengetahuan yang didapat
sendiri melalui pengalaman melahirkan sebelumnya/dari dokter.
c. Pengetahuan yang didapatkan dari sumber budaya yang popular.
Contoh : TV, majalah, novel. Ini
merupakan sumber pengetahuan yang penting bagi kebanyakan wanita dan bidan
seringkali mengabaikan/merendahkan berita yang didapat.
d. Pengetahuan yang didapatkan dari buku-buku tentang persalinan.
Contoh : Pada beberapa waniata yang
gemar memebaca mereka sudah memebaca buku-buku mengenai kehamilan dan
persalinan.
E.
ILMU PENGETAHUAN KEBIDANAN
1.
Sejarah Kebidanan
Pada suatu masa dalam sejarah evolusi
manusia didunia terdapat kepercayaan diantara semua bangsa bahwa kehidupan
manusia serta alam di sekitarnya dikuasai oleh kekuatan-kekuatan ghaib.
Kekuatan-kekuatan ini dapat mempunyai pengaruh baik tau buruk atas keselamatan
manusia, termasuk kesehatannya. Dalam hal ini terdapat ornag-orang yang oleh
masyarakat sekitarnya dianggap lebih mampu untuk menjadi perantara antara
manusia biasa dan kekuatan ghaib.
Akan tetapi, disamping adanya
kepercayaan yang diuraikan diatas, manusia dianugerahi pula dengan daya
observasi, daya berfikir, daya menghubungkan apa yang dialami dengan apa yang
difikirkan, serta daya untuk mengumpulkan dan menyimpan pengalaman-pengalaman
dalam ingatannya. Daya observasi dan daya asosiasi memungkinkan dia untuk
menambah pengetahuannya mengenai anatomi dan fungsi berbagai alat dalam tubuh
manusia. Dengan pengetahuan yang terbatas dan sering salah tentang anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat
menghubungkan berbagai anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat
menghubungkan berbagai penyakit dengan terganggunya fungsi alat-alat tertentu.
Hal itu dipakai sebagai dasar bagi usaha-usaha untuk menyembuhkan penderita
dari penyakit-penyakit bersangkutan.
Lambat laun terdapat golongan orang
yang dikenal dan diakui oleh masyarakat sebagai dokter, dalam arti bahwa mereka
mempunyai kecakapan untuk menyembuhkan orang sakit. Dokter pria menjalankan
praktek kedokteran terhadap beraneka ragam penyakit, sedangkan pada
wanita-wanita pada masa kehamilan dan saat persalinan hampir seluruhnya
diserahkan kepada wanita-wanita penolong persalinan.
Wanita-wanita yang memberi pertolongan
pada kehamilan dan persalinan umumnya tidak mempunyai pengetahuan banyak
tentang kebidanan. Mereka memperoleh pengetahuannya dari penolong persalinan
lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang mereka alami dalam praktek
sehari-hari.
Walau para dokter pria pada umumnya
tidak melakukan praktek dalam bidang Kebidanan, namun diantara mereka terdapat
orang-orang yang menaruh perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi
kehamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya Hippocrates, Soranus, Rufus,
Galenus, Celsus, dll.
Sementara itu dirasakan keperluan
untuk menyempurnakan pendidikan para wanita yang memberi pertolongan dalam
persalinan. Dalam tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk
penolong persalinan yang berjudul “ Der Schwangen Frauen Und Hebammen
Rosengarten”.
Sekolah bidan pertama yang memberi
pelajaran teratur dibuka dalam tahun 1598 di Munchener Gebaranstalt, yang
kemudian diikuti sekolah bidan lain. Mulai abad ke-19 kemajuan pengetahuan
dalam fisiologi dan patologi ilmu Kebidanan berlangsung terus sampai sekarang.
Perkembangan ini menekankan ha prevensi dalam kebidanan. Lambat laun meluas
kesadaran bahwa banyak penyakit dan kelainan pada masa hamil, persalinan dan
nifas dapat dicegah atau dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat diusahakan
menghindarkan akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkannya.
2.
Seni Dalam Kebidanan
Komponen estetik dalam Kebidanan
sangatlah kompleks. Seni dalam Kebidanan belum lazim diungkapkan, karakteristik
berhubungan dengan ungkapan , kreatifitas, keterampilan manual dan kecekatan.
Seni dapat meluaskan pemikiran,
meningkatkan kreatifitas, membentuk lingkungan, menjadikan seseorang lebih
peduli terhadap budaya, mendorong, menggalihal yang kongkrit untuk mencari
makna. Memandang kesan yang baru dan menarik untuk mengapresiasikan,
meningkatkan serta menguji dan memahami. Oleh karena itu adalah suatu hal yang
mungkin jika dua orang memandang seni dari perspektif yang sama, namun tiap
orang tersebut mengungkapkan seninya dengan keunikan dan cara yang berbeda.
Bryar (1995) memandang seni dalam Kebidanan diungkapkan secara naluriah (gerak
hati).
Kebebasan dalam mengungkapkan pikiran
untuk memilih, menginformasikan dan memeri dukungan tidak lama lagi akan
menjadi dunia bagi semua bidan. Seni dalam Kebidanan kadang mengganggu
kebijaksanaan-kebijaksanaan, struktur organisasi dan medikalisasi dan
childbirth. Dalam rangka membangkitkan perubahan dalam childbirth (Departement
of Health, 1993) saat ini adlah waktu
yang tepat dalam revolusi budaya untuk memperoleh ekspresi atau pengungkapan
dan kreatifitas dalam melakukan praktek Kebidanan.
3.
Tubuh Pengetahuan Kebidanan
Disiplin keilmuan Kebidanan mempunyai
karakteristik dan spesifikasi baik objek forma maupun material. Objek forma
disiplin ilmu Kebidanan adalah cara pandang yang berfokus pada objek penelahaan
dalam batas atau ruang lingkup tertentu. Objek forma keilmuan Kebidanan adalah
mempertahankan status kesehatan reproduksi termasuk kesejahteraan wanita sejak
lahir sampai masa tuanya (Late Menopause) termasuk berbagai implikasi dalam
siklus kehidupannya.
Objek material keilmuan Kebidanan adalah
substansi dari objek penelahaan dalam
lingkungan tertentu. Objek material dalam disiplin keilmuan Kebidanan adalah
janin, bayi baru lahir, bayi dan anak bawah lima tahun (Balita) dan wanita secara utuh atau holistic
dalam siklus kehidupannya (kanak-kanak, pra remaja, remaja, dewasa muda,
dewasa, lansia dini dan lansia lanjut) yang berfokus kepada kesehatan
reproduksi.
Berdasarkan pikiran dasar objek forma
dan objek material, disusunlah tubuh pengetahuan Kebidanan (Body of Midwifery Knowledge)
yang dikelompokan menjadi 4, yaitu :
a.
Ilmu Dasar :
1)
Anatomi
2)
Psikologi
3)
Mikrobilogi dan parasitologi
4)
Patofisiologi
5)
Fisika
6)
Biokimia
b.
Ilmu-Ilmu Sosial
1)
Pancasila dan wawasan nusantara
2)
Bahasa Indonesia
3)
Bahasa Inggris
4)
Sosiologi
5)
Antropologi
6)
Psikologi
7)
Administrasi dan kepemimpinan
8)
Ilmu komunikasi
9)
Humaniora
10) Pendidikan (prinsib belajar dan mengajar)
c.
Ilmu Terapan
1)
Kedokteran
2)
Farmakologi
3)
Epidemiologi
4)
Statistik
5)
Teknik kesehatan dasar atau
keperawatan dasar
6)
Pradigma sehat
7)
Ilmu Gizi
8)
Hukum kesehatan
9)
Kesehatan masyarakat
10) Metode riset
d.
Ilmu Kebidanan
1)
Dasar-dasar kebidana (perkembangan
Kebidanan, registrasi, organisasi profesi dan peran serta fungsi bidan)
2)
Teori dan model konseptual Kebidanan
3)
Siklus kehidupan wanita
4)
Etika Kebidanan
5)
Pengantar Kebidanan professional
(konsep Kebidanan, definisi dan lingkup Kebidanan dan manajemen Kebidanan)
6)
Teknik dan prosedur Kebidanan
7)
Asuhan Kebidanan dalam kaitan
kesehatan reproduksi (berdasarkan kehidupan manusia dan wanita)
8)
Tingkat dan jenis pelayanan Kebidanan
9)
Legislasi Kebidanan
10) Praktek klinik kebidanan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelly E. Mary, 1997, Exploring Midwifery Knowledge,
British Journal of Midwifery, Vol. VII No. 4
2. Mason I. B. G., 1998, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita,
Cetakan I, Arcan, Jakarta.
3. Mustika Sofyan, 2001, 50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan,
Pengurus Pusat IBI, Jakarta.
4. Prawirohardjo S, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
5. Project Team From School Of Healt University Of Greenwich, New
Dimention in Midwifery Care, Book 1, Relationship In Practice, English
National Board For Nursing, Midwifery and HealthVisiting, Victory House 170
Tottenham Court road, London WIP OHA.
6. Soewardi Herman, 2001, Roda Berputar Dunia Bergulir, Baku
Mandiri, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar