DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN
DENGAN PARTOGRAF
Peran dari
penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur
tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan
saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian
besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”.
Partograf
merupakan gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatan
yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih
efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram
terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang
segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.
yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih
efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram
terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang
segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal.
Partograf
dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam
mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm
fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.
PETUGAS HARUS MENCATAT KONDISI IBU DAN JANIN
1.
DJJ
2.
Air ketuban
3.
Moulage tulang kepala
4.
Pembukaan serviks
5.
Penurunan kepala
6.
Waktu
7.
Kontraksi
8.
Obat yang diberikan
9.
Nadi
10.
Tekanan darah
11.
Suhu badan
12.
Protein, aseton dan volume urine
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
KEGUNAAN UTAMA DARI PATOGRAF ADALAH :
1.
Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi
dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama.
2.
Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan
lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan
lama.
3.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu
penolong persalinan untuk :
a.
mencatat kemajuan persalinan.
b.
mencatat kondisi ibu dan janinnya.
c.
mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
d.
menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi
adanya penyulit.
e.
menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu.
HALAMAN DEPAN PARTOGRAF
MENCANTUMKAN :
1.
Informasi tentang ibu
2.
Kondisi janin
3.
Kemajuan persalinan
4.
Jam dan waktu
5.
Kontraksi uterus
6.
Obat-obat dan cairan yang diberikan
7.
Kondisi ibu
8.
Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
PARTOGRAF HARUS DIGUNAKAN :
1.
untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunkan,
baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan
dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
2.
Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik
bidan swasta, rumah sakit, dll )
3.
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala
ibu selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum,
residen dan mahasiswa kedokteran )
Penggunaan partograf
secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman
dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.
PENCATATAN
SELAMA FASE LATEN PERSALINAN.
Kala satu dalam
persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh
pembukaan servik
1.
Fase Laten : pembukaan servik kurang dari 4 cm.
2.
Fase Aktif : pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm.
Selama fase laten
persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat.
Hal ini dapat direkam
secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat
(KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan
selama fase laten persalinan. Semua asuahan dan intervenÃs harus dicatat.
KONDISI IBU DAN BAYI JUGA HARUS DINILAI DAN DICATAT SECRA SEKSAMA, YAITU :
1.
Denyut jantung janin : setiap ½ jam.
2.
Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.
3.
Nadi : setiap ½ jam.
4.
Pembukaan servik : setiap 4 jam.
5.
Penurunan : setiap 4 jam.
6.
Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7.
Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
Jika ditemui
tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih sering
dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan
adanya penyulit dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu
tay dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan
dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering.
Jika asuhan dilakukan dirumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya
setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik. Pesankan pada ibu
dan keluargannya untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi
peningkatan frekwensi kontraksi.
PENCATATAN
SELAMA FASE AKTIF PERSALINAN (PARTOGRAF)
1.
Informasi Tentang Ibu.
Lengkapi
bagian awal ( atas ) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : ’ Jam’ pada partograf dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu
terjadinya pecah ketuban.
2.
Keselamatan dan kenyamanan janin.
a.
Denyut jantung janin.
Dengan
menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksan fisik dalam
bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit ( lebih
sering jika ada tanda-tanda gawat janin ). Setiap kotak pada bagian ini, menunjuka waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom
paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis
yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang
satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
angka 180 dan 100. tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120
atau diatas 160.
b.
Warna dan adanya air ketuban.
Nilai air
ketuban setiap kali dilakukanpemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan dalam kotak yang sesuai
dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U : Ketuban utuh ( belum pecah )
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )
Mekonium
dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika
terdapat mekonium,pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda dawat
janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin ( denyut
jantung janin < 100 atau < 180 kali permenit ), ibu segera dirujuk
kefasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera
rujuk ibuke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi
baru lahir.
3.
Molase ( penyusupan
kepala janin )
Penyusupan
adalah indicator penting seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang
tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul ( CPD).
Ketidak mampuan akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang
saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang
panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan
persalinan. Lakukan tndakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan
tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam, nilai penyusup
kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut i :
0
: tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
1
: tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2
: tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan.
3
: tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
4.
Kemajuan Persalinan.
a.
Pembukaan Servik.
Dengan
menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksan fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam ( lebih sering dilakukan
jika ada tanda-tanda penyulit ). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ’ X ”
harus ditulis di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan servik. Beri tanda untuk temuan – temuan
dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan
di garis waspada. Hubungankan tanda ’ X ’ dari setiap pemeriksaan dengan
garis utuh ( tidak terputus )
b.
Penurunan bagian
terbawah atau presentasi janin.
Dengan
menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini,
nilai dan catat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin
baru terjadi setelah pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata ” turunnya kepala ” dan garis tidak terputus dari 0-5
tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan servik. Berikan tanda ” O ”
pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5,
tulis tanda ”O” dinomer 4, hubungkan tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan
garis tidak terputus.
c.
Garis Waspada dan
garis Bertindak.
Garis
waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam.
Pencatatan selam faseaktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika
pembukaan ervik mengarah kesebelah kanan garis waspada ( pembukaan < 1
cm/jam ), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit ( misalnya fase aktif yang
memanjang, macet, dll ). Perimbangkan
pula adanya tindakan interfensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke
fasilitas kesehatan rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu menangani
penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan
garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika
pembukaan servik berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tib ditempat rujukan
sebelum garis bertindak terlampaui.
5.
Jam dan Waktu
a.
Waktu mulainya fase aktif persalinan .
b.
Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik
dan penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap kotak
menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
c.
Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
d.
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase
aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menytakan 1 jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak
waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat
ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan pembukaan servik digaris waspada
kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini dikotak waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami pembukaan 6 cm
pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6
yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada
kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )
6.
Kontaraksi Uterus.
Persalinan
yang normal disertai his yang normal. Pada persalinan normal, makin lanjut persalinan berlangsung, his akan makin
lama, makin sering dan semakin sakit.
a.
Mengamati his.
Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam
fase laten, dan setiap setengah jam dalam fase aktif. Yang harus diamati adalah
:
1)
frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
2)
lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai hilang.
b. Mencatat his
pada partograf :
Di bawah
garis waktu, ada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf, yang pada sisi
kirinya tertulis “ his/10 menit”. Satu kotak menggambarkan satu his. Kalau ada
2 his dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir. Ada 3 cara mengarsir :
1)
< 20 detik ( berupa titik-titik)
2)
20-40 detik (garis miring/arsiran)
3)
> 40 detik ( dihitamkan penuh).
7.
Obat-obatan
dan cairan yang diberikan
a.
Oksitosin. Jika tetesan
(drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam satuan tetesan
per menit.
b.
Obat-obatan lain dan cairan intravena. Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan
intravena dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.
8.
Kesehatan
dan kenyamanan ibu
a.
Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh
1) Angka
disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
2)
Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persallinan.
(lebih sering jira dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom yang
sesuai (.)
3)
Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalian
(lebih sering jira dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah pada partograf
pada kolom waktu yang sesuai :
4)
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu ( lebih sering jira meningkat, atau
dianggap adanya infeksi ) setiap 2 jam dan cataat temperatur tubuh dalam
kotakyang sesuai.
b.
Volume urine, protein, aseton. Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih). Jira memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya saetón atau proten dalam urine.
9.
Asuhan ,
pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan
keputusan klinikn disisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah
tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan.
10.
Asuhan, pengamatan
atau keputusan klinik mencakup :
a.
Jumlah cairan peroral yang diberikan.
b.
Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
c.
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter umum)
d.
Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e.
Upaya rujukan.
PENCATATAN PADA LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF.
Halaman
belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Niali dan catat asuhan
yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV
untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi
ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama peamantauan kala IV
( mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan ). Selain itu, catatan
persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai atau memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan persalinan
bersih dan aman.
Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :
1.
Data dasar.
2.
Kala I
3.
Kala II
4.
Kala III
5.
Bayi baru lahir.
6.
Kala IV.
SUMBER:
1.
Cunningham, F.Gary et. 2006.Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2.
Jakarta: EGC.
2.
Oxorn, Harry. 2003. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labour and
Birth). Jakarta, Yayasan Essentia Medica.
3.
Manuaba IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyulit Kandungan,
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.
4.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta :
EGC.
5.
POGI- JNPKKR. 2005. Buku Acuan
Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar. Jakarta :
Depkes RI.
6.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidan. Jakarta: YBPSP
7.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2001. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta:JNPKKR-POGI.
8.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH
PROGRAM.
9.
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. Jakarta :
EGC.
10.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu kebidanan, Jakarta :
YBPSP.
SEMOGA BERMANFAAT……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar