DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA
NIFAS
Perawatan masa nifas adalah
perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan
tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sejak
kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post
partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi,
lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong
persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan,
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum dan mendeteksi
komplikasi dalam masa nifas.
Puerperium (Nifas)
1.
Waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan kepada keadaan yang
normal 6 minggu (42 hari)
2.
2 kejadian penting pada kala nifas
a.
Involusi Uterus
b.
Proses Laktasi
Pengeluaran Lokia
1.
Lokia Rubra
1-3 hari, Berisi sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, sisa mekoneum, sisa darah
2.
Lokia Sanginolenta
3-7 hari,
berwarna putih bercampur darah
3.
Lokia Serosa
7-14
hari, berwarna, kekuningan
4.
Lokia Alba
14 hari, berwarna putih
Infeksi Kala Nifas
(Puerperium)
1.
Adalah infeksi-peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh
sebab apapun
2.
Peningkatan suhu badan >38°C, berturut turut selama 2 hari
Faktor Predisposisi
1.
Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan lama(terlantar)
2.
Tindakan operasi persalinan
3.
Tertinggalnya plasenta/selaput ketuban /bekuan darah
4.
Ketuban pecah dini
5.
Perdarahan, anemia pada kehamilan
6.
Malnutrisi, kelelahan
7.
Infeksi terdahulu pada saat kehamilan
Gejala Klinis Infeksi
1.
Infeksi Lokal
a.
Pembengkakan luka episiotomi
b.
Pernanahan
c.
Perubahan
warna
d.
Lokia bercampur nanah
e.
Mobilisasi terbatas à nyeri
f.
Termperatur badan dapat meningkat
2.
Infeksi Umum
a.
Tampak sakit dan lemah, temp > 39°C
b.
Nadi meningkat, RR meningkat,
tekanan darah dapat menurun
c.
Keadaan gelisah sampai koma
d.
Gangguan involusi uterus
e.
Lokia berbau dan bernanah
Pengobatan Infeksi
Puerperalis
1.
Perbaikan keadaan umum
Tranfusi,
Infus cairan, vitamin, penurun panas
2.
Terapi Infeksi
Antibiotika
3.
Utero tonika
Untuk
mengeluarkan isi kavum uteri
4.
Rujukan
Kuretase /
histerektomi
Early mobilization
1.
Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi risiko infeksi
2.
Mempercepat involusi kandungan
3.
Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan traktus urinarius
4.
Meningkatkan kelancaran peredaran darah
5.
Mempercepat fungsi produksi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
KEADAAN ABNORMAL LAIN
Pada Rahim
1.
Subinvolusi uteri
2.
Perdarahan kala nifas sekunder
3.
Flemasia alba dolens
Pada Payudara
1.
Bendungan ASI
2.
Mastitis / Abses
DEMAM NIFAS
Definisi :
1.
Infeksi pada dan melalui traktus Genitalia, yang terjadi setelah
persalinan/masa nifas
2.
Ditandai dengan peningkatan suhu > 38oC pada hari ke 2-10 post
partum, yang diukur secara peroral sedikitnya 4 kali sehari (morbiditas
nifas)
3.
Tidak ditemukan sumber infeksi lain pada ekstra genital
FAKTOR PREDISPOSISI
1.
Malnutrisi
2.
Anemia
3.
higiene
4.
kelelahan
5.
proses persalinan bermasalah:
a.
partus lama/macet
b.
korioamnionitis
c.
persalinan traumatik
d.
kurang baiknya proses pencegahan infeksi
e.
periksa dalam yang berlebihan
Penanganan Umum
1.
Antisipasi setiap faktor kondisi (faktor predisposisi).
2.
Pengobatan yang rasional dan efektif.
3.
Lanjutkan pengamatan dan pengobatan masalah / infeksi ulang dikenali pada
saat kehamilan / persalinan.
4.
Jangan pulangkan penderita bila masa kritis belum terlampaui.
5.
Catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah.
6.
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir.
7.
Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.
Pemberian cairan
- Suhu Basal kebutuhan cairan 2000 ml /24 jam
- Tambahan 500 ml untuk setiap peningkatan suhu 1 °C
METRITIS
1.
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan, merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.
2.
Dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang
dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia, penyumbatan
tuba dan infertilitas.
Penanganan
1.
Berikan transfusi bila dibutuhkan (Packed Red Cell).
2.
Berikan antibiotika spektrum luas dosis tinggi.
a.
Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam
b.
Gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari
c.
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu
tidak panas selama 24 jam.
3.
Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis.
4.
Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau
dengan kuret tumpul besar).
5.
Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi
Fowler.
6.
Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda
peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus.
7.
Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi
subtotal.
BENDUNGAN PAYUDARA
1.
Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan
diri untuk laktasi.
2.
Bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi
Bila ibu menyusui
1.
Susukan sesering mungkin.
2.
Kedua payudara disusukan.
3.
Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
4.
Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
5.
Sangga payudara.
6.
Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7.
Bila demam tinggi berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
8.
Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
Bila ibu tidak menyusui
1.
Sangga payudara.
2.
Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
3.
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
4.
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
5.
Pompa dan kosongkan payudara
INFEKSI PAYUDARA
Mastitis
1.
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
2.
Kloksasilin 500 mg / 6 jam selama 10 hari.
3.
Sangga payudara.
4.
Kompres dingin.
5.
Bila diperlukan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
6.
Ibu harus dimotivasi untuk tetap menyusui bayinya .
7.
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
Abses payudara
1.
Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
2.
Diperlukan anestesi umum (ketamin).
3.
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI.
4.
Pecahkan kantung pus dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan.
5.
Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam.
6.
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
7.
Sangga payudara.
8.
Kompres dingin.
9.
Berikan Parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
10.
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus.
11.
Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari.
Abses pelvis
1.
Bila pelviks abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac,
lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi Fowler.
2.
Antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi
Ampisilin 2 g IV kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5 mg/kg
berat badan IV dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan
antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
PERITONITIS
1.
Lakukan pemasangan selang nasogastrik bila perut kembung akibat ileus.
2.
Berikan infus (NaCL atau Ringer laktat) sebanyak 3000 ml.
3.
Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
a.
Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam,
b.
Gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari
c.
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
4.
Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage) bila
terdapat kantong abses.
INFEKSI LUKA PERINEAL
DAN LUKA ABDOMINAL
1.
Disebabkan keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang
kurang baik.
2.
Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma pengerasan yang tidak biasa dengan mengeluarkan
cairan serous atau kemerahan dan tidak ada/sedikit erithema sekitar luka
insisi.
3.
Wound cellulitis didapatkan erithema dan edema meluas mulai dari tempat insisi.
4.
Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan pengeluaran
serta kompres antiseptik.
5.
Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridemen.
6.
Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
7.
Bila infeksi relatif superfisial, berikan Ampisilin 500 mg per oral selama
6 jam dan Metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
8.
Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri
Penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau Ampisilin inj 1 g 4 x/hari) ditambah
dengan Gentamisin 5 mg/kg berat badan per hari IV sekali ditambah dengan
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. Bila ada
jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah
infeksi membaik. Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih
dan sering ganti
TROMBOFLEBITIS
1.
Suatu pembekuan darah dalam pembuluh darah balik dg kemungkinan timbulnya komplikasi
emboli paru yg biasanya menyebabkan kematian
2.
Suatu pembekuan darah dalam pembuluh darah balik, ditandai peradangan akut.
3.
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan
cabang-cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis
PERADANGAN
•
Dipercaya dpt mengakibatkan daya lekat bekuandarah pada dinding pembuluh
darah
•
Biasanya timbul bersamaan dengan trombosis
•
Perluasan/ invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya.
SUMBER:
1.
Cunningham, F.Gary et. 2006.Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2.
Jakarta: EGC.
2.
Oxorn, Harry. 2003. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labour and
Birth). Jakarta, Yayasan Essentia Medica.
3.
Manuaba IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyulit
Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.
4.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta :
EGC.
5.
POGI- JNPKKR. 2005. Buku Acuan
Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar. Jakarta :
Depkes RI.
6.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidan. Jakarta: YBPSP
7.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2001. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta:JNPKKR-POGI.
8.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH
PROGRAM.
9.
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. Jakarta :
EGC.
10.
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu kebidanan, Jakarta :
YBPSP.
SEMOGA BERMANFAAT……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar