Rabu, 19 Oktober 2016

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN



METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

A.       PENGERTIAN
Bila dilihat dari tingkat kealamiahan (setting) tempat penelitian, terdapat tiga metode penelitian yaitu:
1.       Penelitian ekperimen (Metode ekperimen termasuk dalam metode penelitian kuantitatif. Penelitian ekperimen dilakukan di laboratorium)
2.       Survey
3.       Naturalistik/ kualitatif (dilakukan dalam kondisi yang alamiah)
Dalam penelitian ekperimen ada perlakuan (treatment), sedangkan dalam penelitian naturalistik tidak ada perlakuan. Dengan demikian metode penelitian ekperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode penelitian eksperimen adalah metode  penelitian kuantitatif.
Metode ini sebagai bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas tersendiri, terutama dengan adanya kelompok kontrolnya.
B.       BEBERAPA BENTUK DESAIN EKSPERIMEN
Terdapat beberapa bentuk desain ekperimen yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu:
1.      Pre-Experimental Design (Nondesigns)
Dikatakan Pre-Experimental Design karena design ini merupakan eksperimen sunguh-sungguh. Mengapa? karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil ekperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh varibel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel control dan sampel tidak dipilih secara random.
Bentuk Pre-Experimental Design ada beberapa macam yaitu:
a.         One Shot Case Study
Paradigm dalam penelitian ekperimen ini dapat digambarkan seperti berikut:
X                 O
X= treatman yang diberikan (variabel Independen)
O= obsevasi (variabel dependen)
Model ekperimen dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatmen/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatmen adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Contoh:
    “Pengaruh alat kerja diklat (X) terhadap produktivitas kerja karyawan (O)”
Terdapat kelompok pegawai yang menggunakan alat kerja baru kemudian setelah sebulan diukur produktivitas kerjanya. Pengaruh alat kerja baru terhadap produktivitas kerja diukur dengan membandingkan produktivitas sebelum menggunakan alat baru dengan produktivitas setelah menggunakan alat baru. (Misalnya selalu menggunakan alat baru produktivitasnya 150/jam dan setelah menggunakan alat baru produktivitasnya 500/jam. Jadi pengaruh alat baru adalah 500-150= 350/jam.
b.         One Group Pretest-Posttest Design
Kalau pada design no.a tidak ada pretest maka design ini terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Design ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1              X             O2
O1= Nilai pretest (sebelum diberi diklat)
O2= Nilai posttest (setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2 – O1)
c.         Intac Group Comparison
Pada design ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok control (yang tidak diberi perlakuan. Paradigm perlakuannya dapat digambarkan sebagai berikut:
X                 O1
                    O2
O1= hasil pengukuran setangah kelompok yang diberi perlakuan
O2= hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan
Contoh:
“terdapat sekelompok karyawan di bidang produksi, yang setengah dalam melaksanakan pekerjaannya menggunakan lampu yang sangat terang (O1), dan setengahnya lagi menggunakan lampu yang kurang terang (O2). Setelah beberapa minggu diukur produktivitas kerjanya. Kelompok mana yang lebih produktif. Jadi pengaruh cahaya lampu terhadap produktivitas kerja adalah (O1 - O2).”
Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk design pre eksperimen itu bis diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal menjadi rendah.
2.      True-Experimental Design
Dikatakan True-Experimental Design (eksperimen yang betul-betul) karena dalam desogn ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya penelitian.
Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Cirri utama dari True-Experimental adalah bahwa sampel digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok control diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dan sampel dipilih secara random.
Disini dikemukakan dua bentuk design True-Experimental yaitu:
1)       Posttest Only Control Design
R                                X             O2
R                                                O4
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatmen dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya; Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperiemen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
2)       Pretest Posttest Control Group Design
R                                O1          X             O2
R                                O3                          O4
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Hasil pretest yang baik bilai nilai kelompok ekperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).
3.      Factorial Design
Design factorial merupakan modifikasi dari design true experiemental, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independent) terhadap hasil (variabel dependen).
Contoh:
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan pelayanan pada masyarakat. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
4.      Quasi-Experimental Design
Bentuk design eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilakasanakan. Design ini mempunyai kelompok control tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperiemen.
Berikut dikemukakan bentuk design Quasi-Experimental yaitu:
a.    Time Series Design
Dalam design ini kelompok yang digunkan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama 4 kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut dalam keadaan labil, tidak menetu, dan tidak konsisten. Design ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok control.
b.    Nonequivalent Control Group Design
Design ini hamper sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada design ini kelompok eksperimen tidak dipilih secara random.
Contoh:
Dilakuakan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat kesehatan karyawan. Design penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan setemhag diberi perlakuan tidak lagi.

SUMBER:
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. 2016. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

SEMOGA BERMANFAAT………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar